🎍 Cerita Rakyat Bengkulu Putri Serindang Bulan

Sebutkan3 bush cerita rakyat dari provinsi Bengkulu??? - 36953066 ravaelsilaen78 ravaelsilaen78 06.12.2020 B. Indonesia Iklan Iklan pencarirecrh41 pencarirecrh41 Jawaban: 1.Putri Serindang Bulan. 2.Ular N'Daung. 3.Batu Amparan Gading. Penjelasan: Iklan Iklan Pertanyaan baru di B. Indonesia. Apa tanda-tanda sirkulasi darah tidak lancar? 2 Danpergilah Karang Nio dan putri Serindang Bulan berjalan - jalan ke dalam hutan.Awalnya Putri Serindang Bulan tidak curiga sedikitpun , namun ketika Karang Nio mengajaknya masuk lagi ke dalam hutan yang lebat , ia mulai curiga dan ketakutan.Karena Karang Nio merasa sedih dan tidak tega melihat adiknya ketakutan kan lebatnya hutan , maka dia berterus terang pada adiknya tentang niatnya saat itu , dan keinginan kakak- kakaknya yang lain bahwa ia akan disingkirkan. Belindamewakili Indonesia pada kontes Miss Earth 2015 yang berlangsung di Vienna, Austria. Diajang itu pula Belinda menunjukan kecintaanya pada Bengkulu. Belinda tampil dengan national costume yang bertema Putri Serindang Bulan (Cerita Rakyat Bengkulu) saat tampil di sesi kompetisi national costume. PutriSerindang Bulan b. Putri Berambut Ikal Sambila (Putri Gading Cempaka) Lagu kekayaan 5 a. Pendekar Balai Buntar b. Sanggar Anggrek Bulan Komunitas a. Putri Gading Cempaka budaya sanggar anggrek bulan merupakan salah satu Tabel 1:Daftar Inventarisasi Kekayaan Intelektual kota Bengkulu dari Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif KumpulanCerita Rakyat Indonesia Nusantara Asli - Ini adalah kumpulan cerita rakyat dimana, cerita tersebut saat ini menjadi salah satu legenda dan harum hingga saat ini, maka kenali cerita rakyat nusantara yang sangat asli sekali hingga turun temurun. Meskipun cerita tersebut kadang kalah di uji kebenaran atau logika tidak masuk akal, tetapi masyarakat setempat percaya dengan cerita yang ada BeritaDaerah Provinsi Indonesia terkini dan terlengkap hari ini, menyajikan info berita seputar Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera, Kalimatan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, dan Papua RakyatBengkulu. Kamis, 18 April 2013. Aniaya Dokter, Pejabat Dinkes Divonis 5 Bln Masa Percobaan 8 Bln KOTA BINTUHAN - Jika sebelumnya Kabid Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Title Bengkulu : seri cerita-cerita nusantara / Tim S.M.I.LE ; editor, Maria, Author: Maria*(editor)|Tim S.M.I.LE*(pengarang), Publisher:Yogyakarta : Kyta, 2019, Subject:Folklor , Isbn: -8, Type: Monograf Buku seri cerita-cerita nusantara mewakili cerita rakyat dari seluruh provinsi di Indonesia. Dengan buku ini diharapkan BeliBuku Cerita Rakyat Nusantara Putri Serindang Bulan di RAHMAN STORE. Promo khusus pengguna baru di aplikasi Tokopedia! Download Tokopedia App. Tentang Tokopedia Mitra Tokopedia Mulai Berjualan Promo Tokopedia Care. Kategori. Masuk Daftar. oven listrik samsung m33 pel lantai sQMjegS. Bengkulu - Indonesia Rating 46 pemilih Diceritakan kembali oleh Samsuni[1] Putri Serindang Bulan adalah putri ketujuh Raja Mawang yang cantik nan rupawan. Namun, ia memiliki penyakit yang aneh. Setiap kali ada raja yang melamarnya, seluruh tubuhnya tiba-tiba dipenuhi penyakit kusta. Hal itu membuat keenam kakaknya menjadi murka, karena ia menjadi aib bagi keluarga istana. Oleh karena itu, mereka berniat untuk membunuh adik bungsunya itu. Berhasilkah mereka membunuh Putri Serindang Bulan? Ikuti kisahnya dalam cerita Putri Serindang Bulan berikut ini! * * * Alkisah, di daerah Bengkulu, hiduplah seorang raja yang bernama Raja Mawang yang berkedudukan di Lebong. Raja Mawang mempunyai enam putra, dan seorang putri. Mereka adalah Ki Gete, Ki Tago, Ki Ain, Ki Jenain, Ki Geeting, Ki Karang Nio, dan Putri Serindang Bulan. Saat berusia senja dan tidak dapat lagi melaksanakan tugas-tugas kerajaan, Raja Mawang menunjuk putra keenamnya, Ki Karang Nio yang bergelar Sultan Abdullah, untuk menggantikan kedudukannya. Tidak beberapa lama setelah Ki Karang Nio menjabat sebagai raja, Raja Mawang pun wafat. Sepeninggal Raja Mawang, terjadilah prahara di antara putra-putrinya akibat penyakit kusta yang diderita oleh Putri Serindang Bulan. Penyakit itu muncul setiap kali ada raja yang datang melamarnya. Akibatnya, pertunangan pun selalu batal. Anehnya, jika pertunangan itu batal, penyakit kusta itu pun hilang. Peristiwa tersebut tidak hanya sekali terjadi, tetapi berulang hingga sembilan kali. Peristiwa tersebut menjadi aib bagi keluarga istana. Oleh karena itu, keenam kakak Putri Serindang Bulan mengadakan pertemuan untuk mencari cara agar dapat menghapus aib tersebut. “Jika hal ini dibiarkan terus terjadi, nama baik keluarga kita akan semakin jelek di mata para raja. Apa yang harus kita lakukan untuk mengatasi masalah ini?” tanya Ki Gete membuka pembicaraan. Mendengar pertanyaan itu, kelima saudaranya hanya terdiam. Sejenak, suasana sidang menjadi hening. Di tengah keheningan itu, tiba-tiba Ki Karang Nio angkat bicara. “Bagaimana kalau Putri Serindang Bulan kita asingkan saja ke tempat yang jauh dari keramaian,” usul Ki Karang Nio. “Apakah ada yang setuju dengan usulan Ki Karang Nio?” tanya Ki Gete. Tak seorang pun peserta sidang yang menjawab. Rupanya, mereka tidak sepakat dengan usulan Ki Karang Nio. “Kalau menurutku, sebaiknya Putri Serindang Bulan kita bunuh saja,” sahut Ki Tago. Mendengar usulan Ki Tago, para putra Raja Mawang tersebut langsung sepakat, kecuali Ki Karang Nio. Meskipun ia seorang raja, Ki Karang Nio harus menerima keputusan itu, karena ia kalah suara oleh kakak-kakaknya. Dalam pertemuan itu juga diputuskan bahwa Ki Karang Nio-lah yang harus melaksanakan tugas itu. Untuk membuktikan bahwa ia telah melaksanakan tugasnya, ia harus membawa pulang setabung darah Putri Serindang Bulan. Setelah pertemuan selesai, Ki Karang Nio segera menemui Putri Serindang Bulan. Betapa sedihnya hati putri yang malang itu mendengar keputusan kakak-kakaknya. Namun, ia tidak dapat berbuat apa-apa. Ia hanya bisa pasrah dan menyerahkan nasibnya kepada Tuhan Yang Mahakuasa Kuasa. “Ya, Tuhan! Lindungilah hambamu yang tidak berdaya ini!” ucap Putri Serindang Bulan dengan air mata bercucuran membasahi pipinya yang berwarna kemerah-merahan. “Maafkan aku, Dik! Aku juga tidak berdaya menghadapi mereka,” ucap Ki Karang Nio seraya menghapus air mata adiknya. Pada hari yang telah ditentukan, Ki Karang Nio pun bersiap-siap untuk membawa adiknya ke sebuah hutan yang sangat lebat untuk dibunuh. Sebelum mereka berangkat, Putri Serindang Bulan mengajukan satu permohonan kepada Ki Karang Nio. “Kak, bolehkah Adik membawa bakoa tempat daun sirih dan ayam hirik peliharaanku?” pinta Putri Serindang Bulan. “Untuk apa, Adikku?” tanya Ki Karang Nio. “Jika Adik telah mati, kuburkanlah bakoa dan ayam hirik ini bersama jasad Adik. Hanya itulah yang Adik miliki selain Kakak,” jawab Putri Serindang Bulan. Setelah berpamitan kepada kakak-kakaknya, Ki Karang Nio dan Putri Serindang Bulan pun berangkat menuju ke hutan. Di sepanjang perjalanan, kedua kakak-beradik tersebut tidak pernah saling menyapa. Hati Putri Serindang Bulan diselimuti perasaan sedih, sedangkan Ki Karang Nio berpikir mencari cara agar adiknya bisa selamat. Setelah berpikir keras, akhirnya ia pun menemukan cara untuk mengelabui kakaknya. Setibanya di tengah hutan, mereka pun berhenti di tepi Sungai Air Ketahun. “Adikku, sepertinya kita sudah terlalu jauh berjalan. Sebaiknya kita berhenti di sini saja!” Seru Ki Karang Nio. “Baiklah, Kak! Silahkan laksanakan tugas Kakak!” seru Puri Serindang Bulan. “Tidak, Adikku! Aku tidak akan sampai hati membunuh adik kandungku sendiri,” kata Ki Karang Nio. “Lakukanlah, Kak! Adik rela mati demi keselamatan Kakak. Jika Kakak tidak membunuh Adik, nyawa Kakak akan terancam. Saudara-saudara kita di istana pasti akan membunuh Kakak,” desak Putri Serindang Bulan. Akhirnya, Ki Karang Nio memberitahukan rencananya kepada Putri Serindang Bulan bahwa ia akan mengelabui kakak-kakaknya. “Aku tidak akan membunuhmu, Adikku! Aku akan membuatkanmu sebuah rakit. Dengan rakit itu, kamu ikuti aliran Sungai Air Ketahun ini. Kakak berharap ada orang yang menolongmu,” ujar Ki Karang Nio. “Tapi, bukankah Kakak harus membawa pulang setabung darah Adik untuk dijadikan bukti kepada mereka?” tanya Putri Serindang Bulan. “Benar, Adikku! Jika kamu tidak keberatan, bolehkah aku menyayat tanganmu? Aku akan mengambil sedikit darahmu dan mencampurkannya dengan darah binatang,” pinta Ki Karang Nio. “Silahkan, Kak! Kakak pun boleh menyembelih ayam hirik ini untuk diambil darahnya!” seru Putri Serindang Bulan. Dengan berat hati, Ki Karang Nio pun menyayat tangan Putri Serindang Bulan. Kemudian, darah yang keluar dari tangan adiknya tersebut ia campurkan dengan darah ayam hirik yang telah disembelih sebelumnya, lalu ia masukkan ke dalam tabung. Setelah itu, ia menyuruh Serindang Bulan untuk naik ke rakit yang sudah disiapkan. “Pergilah, Adikku! Hati-hatilah di jalan! Semoga Tuhan Yang Mahakuasa senatiasa melindungimu!” seru Ki Karang Nio. “Terima kasih, Kak! Semoga kita dapat bertemu kembali,” ucap Putri Serindang Bulan sambil meneteskan air mata. Ki Karang Nio pun tidak mampu membendung air matanya. Ia tidak tega melihat adik yang sangat disayanginya itu hanyut terbawa aliran air sungai. Setelah Putri Serindang Bulan hilang dari pandangannya, Ki Karang Nio pun bergegas kembali ke istana untuk melapor kepada kakak-kakaknya bahwa ia telah melaksanakan tugasnya. Kakak-kakaknya pun mempercayainya dengan bukti berupa tabung yang berisi darah tersebut. Sementara itu, setelah berhari-hari hanyut di sungai, Putri Serindang Bulan akhirnya terdampar di Pulau Pagai, di lepas pantai muara Air Ketahun. Berkat pertolongan Tuhan Yang Mahakuasa, ia ditemukan oleh Raja Indrapura yang sedang berburu di pulau itu. “Hai, Putri Cantik! Kamu siapa dan kenapa bisa berada di tempat ini?” tanya Raja Indrapura. Putri Serindang Bulan pun menceritakan semua peristiwa yang dialaminya hingga ia berada di tempat itu. Mendengar cerita itu, Raja Indrapura sangat terharu. Akhirnya, ia membawa Putri Serindang Bulan ke istananya di Negeri Setio Barat. Tak berapa lama kemudian, terdengarlah kabar bahwa Raja Indrapura akan menikah dengan Putri Serindang Bulan. Berkat kesaktian Raja Indrapura, penyakit kusta sang Putri tidak pernah kambuh lagi. Berita tentang pernikahan mereka pun sampai ke telinga kakak-kakaknya di Lebong. “Apa, Putri Serindang Bulan masih hidup?” celetuk Ki Gete setelah mendengar laporan dari seorang prajurit istana. Ki Gete dan keempat adiknya sangat marah kepada Ki Karang Nio, karena telah mengelabui mereka. Namun, mereka tidak berani membunuh adiknya itu, karena takut mendapat murka dari Raja Indrapura. Akhirnya, mereka bersepakat untuk menghadiri pesta perkawinan Putri Serindang Bulan dengan Raja Indrapura di Negeri Setio Barat. Ki Karang Nio tidak lupa membawa perselen, yaitu semacam emas sebagai uang jujur Putri Serindang Bulan. Setibanya di pesta tersebut, Putri Serindang Bulan dan Raja Indrapura pun menyambut kedatangan mereka dengan ramah. Bahkan ketika mereka akan kembali ke Lebong, Raja Indrapura menghadiahi mereka berbagai perhiasan emas. Dalam perjalanan pulang ke Lebong, kapal yang mereka tumpangi diterjang badai dan dihempas ombak besar hingga pecah. Mereka terdampar di sebuah pulau yang bernama Ipuh. Semua perhiasan emas pemberian Raja Indrapura tersebut tenggelam di dasar laut, kecuali milik Ki Karang Nio. Rupanya, kelima kakaknya itu iri hati kepada Ki Karang Nio dan berniat untuk membunuhnya, lalu mengambil perhiasannya. Mengetahui niat busuk kakak-kakaknya itu, Ki Karang Nio pun menyampaikan kata-kata bijak kepada mereka. “Hartoku harto udi, harto udi hartoku, barang udi cigai, uku maglek igai.” Artinya “Hartaku harta kalian, harta kalian adalah hartaku, barang kalian hilang, aku memberinya.” Kata-kata bijak Ki Karang Nio tersebut benar-benar menyentuh perasaan kelima kakaknya. Apalagi ketika Ki Karang Nio membagikan hartanya kepada mereka dengan jumlah yang sama, hati kelima kakaknya itu semakin tersentuh karena kemuliaan hati adiknya. “Adikku! Engkau adalah saudaraku yang arif dan bijaksana. Engkau memang pantas menjadi Raja di Lebong,” ucap Ki Gete dengan perasaan kagum. “Benar, Adikku! Kami sangat bangga memiliki adik sepertimu. Kami sangat menyesal karena selalu bertindak kasar terhadapmu. Kembalilah ke Lebong, Adikku! Kami akan tinggal di pulau ini saja,” seru Ki Jenain. Ketika Ki Karang Nio akan berpamitan hendak kembali ke Lebong, salah seorang kakaknya berkata, ”Huo ite saok, kame cigai belek! artinya sekarang ini kita berpisah dan kami tidak akan pulang lagi!” Menurut empunya cerita, kata-kata tersebut menjadi terkenal di kalangan masyarakat Lebong, karena tempat mereka mengucapkan kata-kata tersebut sekarang dinamakan Teluk Sarak. Kata sarak diambil dari kata saok, yang berarti berpisah. Sekembalinya ke Lebong, Ki Karang Nio menikah dengan seorang putri raja dan kemudian dikaruniai dua orang putra, yaitu Ki Pati dan Ki Pandan. Ia memerintah rakyat Lebong dengan arif dan bijaksana. Ketika usianya sudah tua, Ki Karang Nio meminta adiknya, Putri Serindang Bulan yang menjadi permaisuri di kerajaan lain, agar kembali ke Lebong untuk memilih salah seorang putranya yang akan menggantikannya sebagai raja. Akhirnya, ketika kembali ke Lebong bersama suaminya, Putri Serindang Bulan menetapkan Ki Pandan untuk menggantikan ayahnya, Ki Karang Nio. Sementara Ki Pati mendirikan biku di sebuah daerah yang kini dikenal dengan Somelako. * * * Demikian dongeng Putri Serindang Bulan dari daerah Bengkulu. Menurut cerita, Putri Serindang Bulan merupakan lambang kebijaksanaan, keadilan, dan kecantikan di Lebong. Oleh masyarakat setempat, ia juga dijuluki sebei Lebong nenek Lebong. Ia menjadi lambang kebijaksanaan, keadilan, dan kecantikan, karena selain berwajah cantik nan rupawan, ia memiliki sifat yang adil dan bijaksana. Ia juga tidak pernah menaruh dendam kepada kakak-kakaknya yang telah berencana membunuhnya. Selain itu, cerita di atas juga memberikan pelajaran bahwa antarsesama saudara harus saling menyayangi dan melindungi. Hal ini ditunjukkan oleh sifat dan perilaku Ki Karang Nio. Karena sifat kasih sayangnya, ia selalu melindungi adik kandungnya, Putri Serindang Bulan. Bagi orang Melayu, dengan berkasih sayang antarsesama, kehidupan yang aman, damai, dan sejahtera dapat diwujudkan. Dikatakan dalam tunjuk ajar Melayu Tenas Effendy 2006 kalau hidup berkasih sayang, negeri damai, hidup pun tenang kalau kuncup sudah mengembangbanyaklah kumbang datang menyerikalau hidup berkasih sayanghidup tenang makmurlah negeri Samsuni/sas/158/07-09 Sumber Isi cerita diceritakan kembali dari Naim Emel Prahana. “Putri Serindang Bulan”, dalam Cerita Rakyat dari Bengkulu 2. Jakarta Grasindo. Tenas Effendy. 2006. Tunjuk Ajar Melayu. Yogyakarta Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu bekerja sama dengan Penerbit AdiCita Karya Nusa. Dibaca kali Hak Cipta Telah Didaftarkan pada Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonseia Copyrights by Dilarang keras mendownload, menggunakan, dan menyebarluaskan cerita-cerita di website ini tanpa seizin penulis dan Silahkan memberikan rating anda terhadap cerita ini. Komentar untuk "" Berikan Komentar Anda Dahulu kala di Bengkulu hiduplah tujuh perempuan bersaudara anak dari raja Wawang. Dari tujuh bersaudara itu putri bungsunya yang bernama Putri Serindang Bulan terkenal sangat cantik ,baik hati dan bijaksana. Kecantikan dan kebaikan Putri serindang Bulan sudah terkenal sampai ke pelosok negeri bahkan smpai negeri sebrang , sehingga banyak sekali para pangeran ingin meminangnya. Tetapi , ia selalu menolaknya dengan alasan kakaknya yang harus menikah terlebih dahulu. Keenam kakanya sebenarnya juga sudah memiliki rencana akan menikah setelah putri serindang bulan menikah , maka atas bujukan semua kakaknya , putri serindang bulan akhirnya mau menikah terlebih lama kemudian , datang seorang pangeran tampan melamar putri serindang bulan, sang putri pun dengan senang hati menerima pinangan tersebut. Akan tetapi , menjelang pernikahannya , putri rindang bulan mendadak menjadi buruk rupa , dan tidak satu orangpun tega melihat keadaan pangeran pun kecewa dan membatalkan pernikahannya dengan putri serindang setelah pangeran tersebut memutuskan untuk tidak menikahi dan pergi meninggalkan kerajaan , tiba-tiba wajah Putri serindang Bulan menajdi cantik jelita kembali seperti sedia tersebut terjadi selama sembilan kali. Setiap ada pangeran ingin menikahinya , wajahnya selalu berubah menjadi jelek dan akan kembali cantik jelita bila sang pangeran sudah meninggalkan kerajaan merasa malu akan kejadian itu terlebih-lebih keenam kakaknya. Pada suatu hari keenam saudarinya merencanakan untuk menyingkirkan Putri Serindang Bulan karena diangap sebagai sumber masalah , dan karena Putri serindang Bulan pulalah mereka tidak bisa melangsungkan pernikahan karena merekla sudah berjanji akan menikah setelah adik sulungnya menikah lebih keenam saudarinya menunjuk Karang Nio, salah satu kakanya yang paling dekat dengan Putri serindang Bulan , untuk melakukan aksi jahat itu. Mereka juga meminta bukti setabung darah Putri seindang Bulan , sebagai bukti kalau sang Putri sudah berat hati Karang Nio menyetujui persyaratan itu. Dan pergilah Karang Nio dan putri Serindang Bulan berjalan - jalan ke dalam Putri Serindang Bulan tidak curiga sedikitpun , namun ketika Karang Nio mengajaknya masuk lagi ke dalam hutan yang lebat , ia mulai curiga dan Karang Nio merasa sedih dan tidak tega melihat adiknya ketakutan kan lebatnya hutan , maka dia berterus terang pada adiknya tentang niatnya saat itu , dan keinginan kakak- kakaknya yang lain bahwa ia akan disingkirkan. Mendengar semua cerita kakaknya , Putri serindang Bulan merasa sangat bersedih , karena dia tidak pernah menyangka kalau kakaknya sanggup melakukan rasa sayangnya kepada kakaknya , Karang nio , sang putri pun meminta kakaknya untuk meneruskan rencana itu , karena dia tidak mau kalau Karang Nio akan mendapat masalah di kerajaan nanti dengan saudaranya yang lain. Karena rasa sayangnya kepada Adiknya maka Karang Nio mempunyai akal untuk menggantikan darah adiknya dengan darah anjing hutan , lalu darah itu dimasukkannya dalam tabung sesuai permintaan saudara-saudaranya yang lain. Lalu Karang Nio menyuruh adiknay untuk menaiki rakit guna menyusuri sunga Ulau Deus. setelah beberapa hari , rakit Putri serindang Bulan menepi di daerah Muara setahun dan ia tinggal suati ketika , perahu milik Raja Indrapura bernama Tuanku Raja Alam melewati Muara Setahun. Sang raja melihat sinar kemilau dari atas bukit. Dan rasa penasarannya telah menuntunnya ke atas bukit untuk mengetahui dari mana asal cahaya tersebut, ternayata itu berasal dari dalam rumah Putri Serindang Bulan. Raja alam pun terkejut ketika mengetahui bahwa pemilik rumah tersebut adalah seorang Putri sangat cantik Alam terpesona akan kecantikan Putri Serindang Bulan , dan sang putri pun menceritakan semua kejadian yang menimpa dirinya kepada sang sang Raja mengajaknya untuk tinggal di kerajaan Indrapura. Akhirnya Raja Alampun memutuskan untuk menikahi sang putri , tetapi para penghulu kerajaan menyarankan kepada sang Raja untuk menunggu beberapa hari , apakah wajah sang putri menjadi buruk atau tidak , ternyata setelah ditunggu selama 3 hari , ternyata wajah Putri Serindang Bulan tetap cantik Raja pun senang dan mengutus beberapa utusan untuk memberitahukan kepada Raja Wawang bahwa ia akan menikahi Putri Serindang Bulan. Mendengar kabar bahagia tersebut membuat kaka- kakaknya di kerajaan menjadi sangat terkejut dan bingung, lalu merekapun ramai-ramai menyalahkan Karang Nio yang tidak melakukan apa yang mereka gagal melenyapkan Putri Setindang Bulan untuk selamanya. Dengan perasaan yang tercampur aduk akhirnya mereka berenam datng ke kerajaan Raja Alam untuk menghadiri pernikahan adiknya tentu saja bersama dengan Raja Wawang dan di kerajaan Indrapura keenam saudara Putri serindang Bulan mengajukan mahar yang sangat besar kepada Raja Alam sebagai syarat pernikahan Putri serindang Bulan dan Raja keiinginan mereka akan dipenuhi dengan satu syarat mereka harus mengenali adik mereka sendiri karena jika tidak maka mereka semua akan dihukum. Raja Alam kemudian menyiapaka enam orang gadis untuk didandani menyerupai Putri Serindang saudarinya diminta untuk menunjukkan yang mana Putri serindang Bulan yang kelima saudaranya yang lain gagal mengenali adiknya sendiri kecuali Karang Nio yang berhasil mengenali adiknya Putri serindang Bulan. Akhirnya kelima saudaranya yang lain tidak dihukum , mereka sudah dimaafkan oleh Putri serindang Alampun menikah dengan Putri serindang keenam saudaranya mendapatkan setabung bambu berisi emas sebagai mahar dari Raja Alam. Tak berbeda dari daerah-daerah lainnya, Provinsi Bengkulu juga memiliki banyak sekali cerita menarik yang sayang kalau dilewatkan. Salah satunya adalah cerita Putri Serindang Bulan berikut ini. Kalau ingin tahu kisah lengkapnya, mending langsung dicek saja, yuk!Cerita Putri Serindang Bulan asal Bengkulu ini merupakan salah satu legenda yang wajib untuk kamu baca. Tak hanya seru, kisah ini juga memiliki pesan moral yang bisa diamalkan dalam kehidupan dari itu, cocok apabila kamu dongengkan ulang untuk adik, sepupu, keponakan, atau anakmu. Selain ringkasan cerita dan pesan moral, di sini nanti kamu pun bisa membaca ulasan unsur intrinsik dan fakta menariknya, Apakah kamu semakin tertarik untuk membaca cerita rakyat Putri Serindang Bulan asal Bengkulu ini? Kalau iya, nggak usah kebanyakan basa-basi lagi. Cek saja selengkapnya di bawah ini, ya! Selamat membaca!Cerita Rakyat Putri Serindang Bulan Asal Bengkulu Rumah Adat Bengkulu Sumber Nesaba Media Pada zaman dahulu kala, di daerah Bengkulu ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Raja Mawang. Kerajaan tersebut berpusat di kota Lebong. Raja memiliki tujuh orang anak yang terdiri dari enam orang putra dan seorang putri. Keenam putra tersebut bernama Ki Gete, Ki Ain, Ki Tago, Ki Geeting, Ki Jenain, dan Ki Karang Nio. Sementara itu, putri satu-satunya diberi nama Serindang Bulan. Ketika tiba saatnya pergantian tahta, Raja Mawang menunjuk Ki Karang Nio untuk menggantikannya. Ia diberi julukan Sultan Abdullah. Tak lama setelah itu, raja pun meninggal dunia. Sepeninggal sang raja, pada awalnya kerajaan masih aman, sentosa, dan terkendali di bawah pimpinan Ki Karang Nio. Hanya saja kemudian, terjadi konflik internal dengan saudara-saudaranya. Hal ini dikarenakan mereka merasa malu dengan keadaan adik bungsunya, Serindang Bulan. Bagaimana tidak? Setiap kali ada laki-laki yang melamarnya, tubuh wanita itu tiba-tiba terkena kusta. Penyakit itu akan hilang jika pertunangan batal. Kejadian tersebut terjadi berulang-ulang kali. Tentu saja, itu merupakan aib yang harus segera dihentikan. Para Saudara Laki-Laki Merundingkan Nasib Si Bungsu Pada suatu hari, keenam kakak Serindang Bulan memutuskan untuk mengadakan pertemuan rahasia. Mereka berunding untuk mencari cara menghilangkan aib tersebut. “Kita tidak bisa membiarkan hal ini terus terjadi. Nama kerajaan kita pasti akan menjadi semakin jelek di mata kerajaan lain. Kita harus melakukan sesuatu,” kata Ki Gete. Saudara-saudara yang lainnya pun menyetujui apa yang diucapakan oleh Ki Gete tersebut. Kemudian, Ki Geeting mengusulkan untuk mengasingkan si bungsu ke tempat yang sangat jauh. Akan tetapi, hal tersebut tidak disetujui oleh Ki Tago. Laki-laki itu kemudian berkata, “Kalau menurutku, sebaiknya kita bunuh saja Putri Serindang Bulan.” Tak mau ambil pusing, saudara-saudara yang lain langsung mengiyakan, kecuali Ki Karang Nio. Ia sebenarnya ingin protes, tetapi suaranya tentu akan kalah dengan suaranya kakak-kakaknya yang lain. Tak berhenti di situ saja, seolah ingin cuci tangan, kakak-kakak yang lain menunjuk Ki Karang Nio untuk membunuh Serindang Bulan. Sebagai bukti kalau telah melaksanakan tugas, laki-laki itu harus membawa pulang darah si bungsu di dalam sebuah tabung. Ia tentu saja sangat sedih. Mana mungkin dirinya tega membunuh saudara kandungnya sendiri. Terlebih lagi, keduanya memang lebih dekat jika dibandingkan dengan yang lain. Namun untuk saat ini, ia tidak bisa melakukan apa pun selain menyetujuinya. Baca juga Legenda Batu Golog dari Nusa Tenggara Barat dan Ulasan Lengkapnya, Sebuah Pesan Bijak untuk Para Orang Tua Berpamitan Setelah pertemuan tersebut, Ki Karang Nio pergi untuk menemui adik bungsunya dan menceritakan semuanya. Wanita muda itu tentu saja merasa sedih. Namun, ia hanya bisa pasrah menerima semuanya. Ia hanya berharap kalau apa pun yang terjadi nantinya, Tuhan akan selalu melindunginya. Lelaki itu pun hanya bisa meminta maaf pada adiknya itu. Karena hingga saat ini, ia masih belum bisa menemukan cara bagaimana untuk menyelamatkannya. Keesokan harinya, Ki Karang Nio membawa Serindang Bulan ke hutan untuk melakukan tugasnya. Namun sebelum berangkat, si bungsu memiliki sebuah permohonan. “Kak, bolehkah aku membawa bakoa tempat menaruh sirih dan ayam hirik milikku?” mohonnya. “Untuk apa kamu ingin membawanya?” tanya lelaki itu. “Nanti kalau aku sudah mati, tolong kuburkan aku bersama bakoa dan ayam hirik itu. Hanya itulah yang aku miliki, selain Kakak,” ucapnya lirih. Setelah permintaan disetujui oleh kakaknya, si bungsu itu pun pergi berpamitan dengan kakak-kakaknya yang lain. Tak lama kemudian, Ki Karang Nio dan Serindang Bulan pergi ke hutan. Sebuah Rencana yang Telah Disusun Rapi Dalam perjalanan menuju hutan, kakak beradik tersebut hanya diam tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Si bungsu tentu saja meratapi nasib malangnya. Sementara itu, sang kakak sedang berpikir keras bagaimana caranya untuk menyelamatkan adik kesayangannya. Hingga tak terasa tibalah mereka tengah hutan, tepatnya di tepi sungai Air Ketahun. “Sepertinya kita sudah berjalan cukup jauh. Lebih baik, kita berhenti di sini saja, Dik,” kata Ki Karang Nio. “Baiklah, Kak… Sekarang, Kakak bisa melakukan tugasmu. Aku siap,” kata Putri Serindang Bulan. “Kamu tak perlu bersedih lagi. Aku tidak akan pernah membunuhmu. Kakak macam apa yang tega mencelakai adiknya sendiri,” kata sang kakak. “Jangan seperti itu, Kak. Kalau tidak membunuhku, nyawa Kakak yang akan terancam. Tidak apa-apa, lakukan saja tugasmu,” desak si bungsu. “Dengarkan dulu, aku tidak akan membunuhmu. Aku akan membuatkanmu sebuah rakit dan susurilah sungai ini. Semoga saja ada orang baik yang mau menolongmu,” jelas Ki Karang Nio. “Sementara itu untuk bukti darah yang harus kubawa pulang, bolehkah aku menyayat tanganmu? Nanti, darahmu akan kucampur dengan darah binatang,” lanjutnya. Putri Serindang Bulan tentu saja menyetujui rencana kakaknya itu. Ia juga merelakan ayam hirik kesayangannya untuk diambil darahnya. Setelah semuanya selesai, Ki Karang Nio menyuruh adik perempuannya itu untuk naik ke rakit dan mengantar kepergiannya. “Hati-hati, Adikku. Semoga kamu selalu dilindungi oleh Tuhan yang Maha Kuasa. Suatu hari nanti, aku harap bisa bertemu lagi denganmu,” katanya sembari meneteskan air mata. Ketika Putri Serindang Bulan sudah hilang dari pandangannya, ia lalu bergegas pulang dan melapor kepada kakak-kakaknya kalau dirinya telah menyelesaikan tugas. Saudara-saudaranya percaya dan merasa puas setelah melihat bukti tabung yang dibawa olehnya. Baca juga Cerita Rakyat Batu Ajuang Batu Peti dan Ulasan Menariknya, Kebohongan yang Membuat Kapal Berubah Menjadi Batu Nasib Putri Serindang Bulan Setelah berhari-hari berada di atas rakit dan mengikuti arus air sungai, Putri Serindang Bulan akhirnya tiba di Pulau Pagai yang merupakan muara dari sungai Air Ketahun. Di sana, ia bertemu dengan Raja Indrapura yang kebetulan sedang berburu. Raja yang dikenal ramah tersebut kemudian bertanya mengapa ia bisa sampai di wilayahnya. “Putri Cantik, sedang apa kamu di tempat ini sendirian?” tanyanya. Mau tak mau, wanita itu pun menceritakan semuanya. Setelah mendengar penuturan Serindang Bulan, Raja Indrapura yang merasa iba kemudian membawanya pulang ke istananya di Negeri Setio Barat. Karena sering bertemu dan terbiasa, keduanya pun jatuh cinta. Beberapa bulan kemudian, Putri Serindang Bulan kemudian dilamar. Ajaibnya, kali ini penyakit kulitnya tidak kambuh. Pasangan yang berbahagia itu kemudian akan segera melangsungkan pernikahan. Akan tetapi, pernikahan tersebut tidak akan bisa terwujud tanpa adanya wali dari mempelai perempuan. Maka dari itu, sang raja kemudian mengirimkan utusan untuk memberi tahu kakak-kakak Serindang Bulan. Pernikahan Putri Serindang Bulan Sumber YouTube – Riri Kumalasari Selang beberapa hari kemudian, utusan Raja Indrapura datang ke Lebong dan memberitahukan kabar pernikahan tersebut. Kakak-kakak Serindang Bulan yang lain tentu saja merasa terkejut dan marah mengetahui fakta kalau adik bungsunya masih hidup. Tak lama setelah utusan pergi, mereka mengadakan rapat kembali. “Aku tidak menyangka kamu bisa melakukan hal seperti ini. Bisa-bisanya kamu mengelabuhi dan mengkhianati kepercayaan kami,” kata Ki Gete kepada Ki Karang Nio. Sebenarnya, kelima anak Raja Mawang yang lain merasa sangat marah dan hendak membunuh Ki Karang Nio. Namun, mereka mengurungkan niat karena harus menghadiri pernikahan Serindang Bulan di Negeri Setio Barat. Mereka tidak mau masalah menjadi semakin runyam. Pada tanggal yang telah ditentukan, rombongan Kerajaan Lebong tiba di Negeri Setio Barat untuk menghadiri pernikahan Putri Serindang Bulan. Mereka diterima dengan begitu baik di sana. Ki Karang Nio yang melihat Serindang Bulan untuk pertama kali setelah kejadian itu merasa lega dan bahagia sekali karena adiknya baik-baik saja. Si bungsu pun merasakan hal yang sama. Keduanya kemudian saling melepas rindu. Pernikahan Putri Serindang Bulan dan Raja Indrapura berjalan dengan lancar dan baik. Setelah itu, mereka mengadakan pesta yang cukup meriah untuk merayakannya. Semua orang pun bergembira. Baca juga Kisah Suri Ikun dan Dua Burung Beserta Ulasan Menariknya, Dongeng Adik Bungsu yang Dibenci oleh Kakak-Kakaknya Sebuah Akhir Setelah acara pernikahan selesai, kakak-kakak Serindang Bulan pulang kembali ke Lebong. Sebelum pergi, masing-masing dari mereka diberi hadiah berupa sekantong emas oleh Raja Indrapura. Dalam perjalanan pulang, naasnya kapal yang ditumpangi rombongan Kerajaan Lebong diterjang ombak besar dan karam. Mereka kemudian terdampar di Pulau Ipuh. Tidak ada barang yang tersisa, kecuali perhiasan milik Ki Karang Nio. Ternyata, kejadian tersebut merupakan sebuah teguran dari Yang Maha Kuasa. Kelima saudara yang lain rupanya memiliki niat jahat untuk menyingkirkan Ki Karang Nio. Mereka iri karena perhiasan yang diberikan kepadanya berjumlah lebih banyak. Mengetahui fakta yang terjadi, lelaki itu sama sekali tidak marah. Ia justru berkata, “Harta kalian adalah hartaku, hartaku adalah milik kalian. Apabila barang kalian hilang, maka aku akan memberikannya.” Kata-kata Ki Karang Nio tersebut tentu saja membuat saudara-saudara yang lain menjadi malu. Terlebih lagi, lelaki itu membagi perhiasannya kepada mereka sama rata. Dengan perasaan campur aduk, Ki Gete berkata, “Adikku, kamu memang begitu bijaksana. Pantaslah ayah memilihmu untuk menggantikannya menduduki tahta.” “Itu memang benar. Kami juga minta maaf karena telah berusaha mencelakaimu. Sekarang, kembalilah ke Lebong. Kita harus berpisah di sini karena kami berlima tak akan kembali.” Ki Karang Nio menghormati keputusan kakak-kakaknya. Ia kemudian pulang sendirian ke Lebong. Beberapa bulan setelah kembali, laki-laki tersebut kemudian memutuskan untuk menikahi seorang putri raja. Dari pernikahan itu, mereka dikaruniai dua orang anak laki-laki yang diberi nama Ki Pati dan Ki Pandan. Baca juga Kisah Si Kancil dan Si Gajah beserta Ulasan Lengkapnya, Fabel Menarik yang Mengandung Pesan Bermakna Unsur-Unsur Intrinsik Cerita Rakyat Putri Serindang Bulan Sumber Wikimedia Commons Tadi, kamu sudah menyimak ringkasan cerita Putri Serindang Bulan, kan? Nah selanjutnya, di sini kamu juga akan menemukan ulasan singkat mengenai unsur intrinsik yang membangun cerita tersebut. 1. Tema Inti cerita atau tema dari legenda Putri Serindang Bulan ini adalah tentang persaudaraan. Bukannya saling membantu saat sedang kesusahan, kakak-kakak sang putri, kecuali Ki Karang Nio, malah ingin menyingkirkan adik bungsunya karena dianggap aib keluarga. 2. Tokoh dan Perwatakan Ada beberapa tokoh cerita rakyat Putri Serindang Bulan yang akan dibahas lebih detail. Yang pertama adalah Ki Karang Nio. Ia adalah seorang raja yang baik dan bijaksana. Selain itu, ia juga merupakan seorang kakak yang baik dan begitu menyayangi adiknya. Tokoh selanjutnya, tentu saja adalah Serindang Bulan. Ia merupakan seorang putri yang memiliki kepribadian yang baik. Ia patuh, tidak suka menyusahkan orang lain, dan tidak pendendam. Sementara itu, kelima kakak Ki Karang Nio adalah orang-orang egois yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Mereka juga suka iri dengan kepunyaan orang lain dan serakah. Dan, yang terakhir adalah Raja Indrapura. Laki-laki ini sangat baik dan bijaksana. Ia bahkan mau menolong Serindang Bulan yang dibuang oleh kakak-kakaknya yang jahat. 3. Latar dari Cerita Putri Serindang Bulan Seperti yang sudah kamu ketahui, legenda ini berasal dari daerah Bengkulu. Maka dari itu, secara umum latar tempat terjadinya berada di provinsi tersebut. Sementara itu, latar spesifiknya juga sudah disebutkan di dalam cerita, contohnya adalah istana, hutan, Sungai Air Ketahun, Pulau Pagai, dan Pulau Ipuh. Beberapa latar waktunya pun telah disebutkan, yaitu keesokan harinya, beberapa bulan kemudian, pada tanggal yang telah ditetapkan, dan lain-lain. Nah, untuk latar suasananya sendiri, kisah tersebut didominasi rasa sedih, kecewa, marah, dan bahagia. 4. Alur Cerita rakyat Putri Serindang Bulan ini menggunakan alur maju atau progresif. Kisahnya bermula dari sang putri yang tiba-tiba menderita penyakit kulit ketika bertunangan dengan seorang pria. Penyakit tersebut akan sembuh jika pertunangan itu batal. Nah, hal tersebut terjadi berulang kali sehingga membuat kakak-kakaknya, kecuali Ki Karang Nio, menjadi malu. Mereka kemudian menyuruh Karang Nio untuk membunuh si bungsu. Pada kenyataannya, lelaki itu tidak membunuhnya dan malah menyuruhnya kabur. Hingga kemudian, sang putri bertemu dengan seorang raja yang baik hati dan membuat penyakitnya sembuh. Di akhir cerita, kelima kakak dari Karang Nio dan Serindang Bulan mendapatkan pelajaran hidup yang begitu berharga. 5. Pesan Moral Kamu dapat mengambil beberapa amanat atau pesan moral dari cerita Putri Serindang Bulan ini untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Pesan yang pertama adalah sesama saudara harus saling mendukung dan membantu. Jangan seperti kelima kakak Serindang Bulan yang malah berniat membunuh adik bungsunya hanya karena dianggap membawa aib keluarga. Selain itu, belajarlah untuk memaafkan dan tidak menaruh dendam pada orang yang telah berbuat jahat pada kita. Mungkin, hal tersebut kedengarannya begitu sulit. Hanya saja, kamu pasti bisa kalau mencobanya. Ketika bisa memaafkan, hidupmu pasti akan jauh lebih tenang. Tak hanya unsur-unsur intrinsik dari legenda asal Bengkulu ini saja yang patut kamu ketahui, tetapi unsur ekstrinsiknya juga. Unsur-unsur ekstrinsik tersebut biasanya meliputi latar belakang penulis, masyarakat, dan nilai-nilai yang telah lama dipegang teguh. Baca juga Legenda Si Penakluk Rajawali Asal Sulawesi Selatan dan Ulasan Menariknya, Pelajaran Berharga tentang Ketulusan Fakta Menarik dari Cerita Rakyat Putri Serindang Bulan Asal Bengkulu Sumber Gibran Maulana – Cahaya Agency Setelah menyimak penjelasan unsur intrinsiknya, berikut ini ada fakta menarik tentang legenda di atas yang sayang sekali kalau dilewatkan. 1. Memiliki Versi Lain Kalau dalam versi lain, semua saudara Serindang Bulan adalah perempuan. Saudara-saudaranya mau menikah kalau si bungsu menikah duluan. Nah, setiap kali akan menikah, Serindang Bulan akan mengalami penyakit kulit yang akan sembuh ketika pernikahan batal. Hal tersebut terjadi berulang-ulang hingga membuat saudara-saudaranya yang lain malu. Kemudian mereka menyuruh anak keenam, yaitu Karang Nio untuk membunuh si bungsu. Namun, wanita tersebut mengelabui kakak-kakaknya yang lain dengan memberikan bukti darah dalam botol yang sebenarnya merupakan darah anjing hutan. Ia juga menyuruh adiknya untuk kabur. Singkat cerita, Serindang Bulan bertemu dengan Raja Alam yang kemudian mempersuntingnya. Namun pernikahan tersebut bisa terlaksana jika ada walinya. Kemudian raja, mengirim utusan untuk mengundang semua kakaknya. Meski terkejut dan marah, kelima kakak Serindang Bulan datang ke pernikahan si bungsu. Hanya saja, mereka mengajukan mahar pada raja sebagai syarat menikahi adiknya. Raja setuju asalkan mereka bisa mengenali adiknya sendiri, jika tidak mereka akan dihukum. Sebelumnya, sang raja telah menyiapkan beberapa gadis yang didandani mirip dengan Serindang Bulan. Pada awalnya, kelima kakak tertua tidak dapat mengenali dengan benar. Beruntungnya, Karang Nio bisa mengenali si bungsu sehingga mereka semua tidak dijatuhi hukuman. Mereka kemudian mendapatkan mahar yang dimau. Dan yang terpenting, Serindang Bulan juga mau memaafkan mereka semua. Baca juga Dongeng Ali Baba dan 40 Pencuri Beserta Ulasan Lengkapnya, Pelajaran tentang Ketamakan Sudah Puas Menyimak Cerita Rakyat Putri Serindang Bulan Ini? Demikianlah kisah Serindang Bulan asal daerah Bengkulu yang bisa kamu simak di PosKata. Gimana? Seru banget, kan? Nggak cuma menghibur, tetapi juga sarat dengan nilai hidup. Selanjutnya, kalau kamu masih ingin membaca legenda nusantara yang lain, mending langsung cek saja artikel-artikel di sini yang tentunya nggak kalah seru. Contohnya adalah I Laurang asal Sulawesi Selatan, Buaya Perompak dari Lampung, asal-usul Cendrawasih dari Papua, dan masih banyak lagi. Kalau mencari cerita hewan, kisah para nabi, dan dongeng Barat juga ada, lho. Pokoknya lengkap banget, deh! PenulisErrisha RestyErrisha Resty, lebih suka dipanggil pakai nama depan daripada nama tengah. Lulusan Universitas Kristen Satya Wacana jurusan Pendidikan Bahasa Inggris yang lebih minat nulis daripada ngajar. Suka nonton drama Korea dan mendengarkan BTSpop 24/7. EditorElsa DewintaElsa Dewinta adalah seorang editor di Praktis Media. Wanita yang memiliki passion di dunia content writing ini merupakan lulusan Universitas Sebelas Maret jurusan Public Relations. Baginya, menulis bukanlah bakat, seseorang bisa menjadi penulis hebat karena terbiasa dan mau belajar.

cerita rakyat bengkulu putri serindang bulan