๐ŸŽฟ Katakan Semua Rasa Itu Masih Ada

Janganboros, kamu masih belum bekerja, hematlah dulu. Susun masa depanmu, tetapkan rencana A,B,C,,Z. Perbanyak diskusi/berpendapat dengan baik, dan tidak bersifat 'menang sendiri'. Belajar kerjasama, hargai perbedaan. Jangan egois dalam pertemanan. Untuk kamu yang bersekolah, jangan pacaran (jika mau). Benerbnget. Gk mandang gender Oot sih ini tpi ada persamaan nya hal nangis teriak jika ingin silahkan lakukan yg setiap saat aku katakan sm pasien ku. Ke pasien cowok jg gitu dia takut dng jarum aku blang kalau mau nangis silahkan teriak silahkan karena rasa Tidakada rasa tidak nyaman untuk memperingatkan adanya tumor ganas dalam tubuh. Kita mungkin tidak menyukai rasa sakit, tetapi sering kali rasa sakit justru bermanfaat untuk memperingatkan kita akan adanya sesuatu yang tidak beres. Penyebab rasa sakit, dan bukan rasa sakit itu sendiri, yang sebenarnya menjadi masalah. Namun semuanya itu tidaklah Yaman(Pixabay.com) Sebab, whataboutism sebenarnya adalah mereka yang marah jika orang kulit putih meninggal dalam perang, tapi acuh saat orang kulit berwarna tewas tragis dalam keadaan sama. Maksudnya saat kamu membaca artikel ini, masih ada perang sipil di Libya dan Suriah. Sedangkan Yaman masih terus dibombardir hingga detik ini oleh Arab Saudi dan Karenatidak ada mungkin tergoda karena dia sedang mengendalikan nafsunya lewat ibadah puasa. Makanya kalau ada anak muda mau menikah, tapi belum ada kemampuan. Maka kata Nabi berpuasalah, ikat setan itu dengan puasa, ikat keinginan itu dengan puasa. Buat semuanya, keinginan ini yang terbelenggu, godaan ini yang diikat lewat adanya ibadah Ramadan. ShowcaseMonster Hunter Rise: Sunbreakโ€™s Title Update 1 akan datang minggu depan 82567062173 Streaming langsung baru yang merinci apa yang akan terjadi di Monster Hunter Rise: Pembaruan besar Sunbreak berikutnya akan ditayangkan pada hari Selasa, 9 Agustus, pukul 7 pagi PDT.Kita sudah tahu bahwa kita akan mendapatkan dua monster baru ApabilaAnda selalu dihantui rasa bersalah setelah selingkuh, atau ada masalah dengan pasangan yang menjadi pemicu Anda berselingkuh dan Anda ingin memperbaikinya, maka Anda harus segera membicarakannya dari hati ke hati. 3. Jika ingin berkata jujur, lakukan dengan benar. Berkata jujur memang bukan hal yang mudah. Kalausaja hadits yang jumlahnya 500 itu masih ada sampai sekarang, maka itu akan menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua karena hadits-hadits tersebut kemungkinan jauh lebih shahih ketimbang hadits-hadits yang sekarang karena mata rantai sanadnya langsung tidak melalui rantai sanad yang panjang yang kemungkinan mengurangi esensi Selainwebinar, masih ada kegiatan lainnya untuk si kecil yang berlangsung selama tanggal 22-24 Juli 2022. Semua kegiatannya membuat kamu sebagai orang tua mampu mengembangkan wawasan parenting, dan si kecil mampu mengasah kreativitasnya dengan kegiatan-kegiatan seni. Tentunya seluruh kegiatan ini akan lebih mengakrabkan hubungan NhZaid6. Teks khutbah Jumat Ustadz Dr. Abdul Somad Lc, MA โ€œJudul Mati Rasaโ€ Oleh Ustadz Dr. Abdul Somad, Lc, MA Dipublikasikan oleh Tafaqquh Video 14 Maret 2015 Disalin Oleh Syamsul Bahri Said Al-Pungguri 05-01-2020 Pontianak, Kalimantan Barat Khutbah I ุงูŽู„ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ูู„ู‘ู‡ู ุงู„ูˆูŽุงุญูุฏู ุงู„ู‚ูŽู‡ูŽู‘ุงุฑูุŒ ุงู„ุฑูŽุญููŠู’ู…ู ุงู„ุบูŽููŽู‘ุงุฑูุŒ ุฃูŽุญู’ู…ูŽุฏูู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ูŽู‰ ุนูŽู„ูŽู‰ ููŽุถู’ู„ูู‡ู ุงู„ู…ูุฏู’ุฑูŽุงุฑูุŒ ูˆูŽุฃูŽุดู’ูƒูุฑูู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ู†ูุนูŽู…ูู‡ู ุงู„ุบูุฒูŽุงุฑูุŒ ูˆูŽุฃูŽุดู’ู‡ูŽุฏู ุฃูŽู†ู’ ู„ูŽู‘ุง ุฅูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ูŽู‘ุง ุงู„ู„ู‡ ูˆูŽุญู’ุฏูŽู‡ู ู„ูŽุงุดูŽุฑููŠู’ูƒูŽ ู„ูŽู‡ู ุงู„ุนูŽุฒููŠู’ุฒู ุงู„ุฌูŽุจูŽู‘ุงุฑูุŒ ูˆูŽุฃูŽุดู’ู‡ูŽุฏู ุฃูŽู†ูŽู‘ ู†ูŽุจููŠูŽู‘ู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ูŽู‘ุฏุงู‹ ุนูŽุจู’ุฏูู‡ู ูˆูŽุฑูŽุณููˆู’ู„ูู‡ู ุงู„ู…ูุตู’ุทูŽููŽู‰ ุงู„ู…ูุฎู’ุชูŽุงุฑุŒ ุตูŽู„ูŽู‘ู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏ ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ูู‡ู ุงู„ุทูŽูŠูู‘ุจููŠู’ู†ูŽ ุงู„ุฃูŽุทู’ู‡ูŽุงุฑุŒ ูˆูŽุฅูุฎู’ูˆูŽู†ูู‡ู ุงู„ุฃูŽุจู’ุฑูŽุงุฑูุŒ ูˆูŽุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจูู‡ู ุงู„ุฃูŽุฎู’ูŠูŽุงุฑูุŒ ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ุชูŽุจูุนูŽู‡ูู…ู’ ุจูุฅูุญู’ุณูŽุงู†ู ู…ูŽุง ุชูุนูŽุงู‚ูุจู ุงู„ู„ูŽูŠู’ู„ูŽ ูˆูŽุงู„ู†ูŽู‘ู‡ูŽุงุฑุŒ ุฃู…ุง ุจุนุฏุŒ ููŽูŠูŽุงุฃูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ุฅูุฎู’ูˆูŽุงู†ุŒ ุฃูˆู’ุตููŠู’ูƒูู…ู’ ูˆูŽ ู†ูŽูู’ุณููŠู’ ุจูุชูŽู‚ู’ูˆูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุทูŽุงุนูŽุชูู‡ู ู„ูŽุนูŽู„ู‘ูŽูƒูู…ู’ ุชููู’ู„ูุญููˆู’ู†ู’ุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุชูŽุนูŽุงู„ู‰ูŽ ูููŠ ุงู’ู„ู‚ูุฑู’ุงู†ู ุงู’ู„ูƒูŽุฑููŠู…ู’ ุฃูŽุนููˆู’ุฐู ุจูุงู„ู„ู‡ู ู…ูู†ูŽ ุงู„ู‘ูŽุดูŠู’ุทูŽุงู†ู ุงู„ุฑู‘ูŽุฌููŠู’ู…ุŒ ุจูุณู’ู…ู ุงู„ู„ู‡ู ุงู„ุฑู‘ูŽุญู’ู…ูŽุงู†ู ุงู„ุฑู‘ูŽุญููŠู’ู…ู’ ูŠูŽุง ุฃูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู†ูŽ ุขูŽู…ูŽู†ููˆุง ุงุชู‘ูŽู‚ููˆุง ุงู„ู„ู‡ ูˆูŽู‚ููˆู„ููˆุง ู‚ูŽูˆู’ู„ู‹ุง ุณูŽุฏููŠุฏู‹ุงุŒ ูŠูุตู’ู„ูุญู’ ู„ูŽูƒูู…ู’ ุฃูŽุนู’ู…ูŽุงู„ูŽูƒูู…ู’ ูˆูŽูŠูŽุบู’ููุฑู’ ู„ูŽูƒูู…ู’ ุฐูู†ููˆุจูŽูƒูู…ู’ ูˆูŽู…ูŽู†ู’ ูŠูุทูุนู ุงู„ู„ู‡ ูˆูŽุฑูŽุณููˆู„ูŽู‡ู ููŽู‚ูŽุฏู’ ููŽุงุฒูŽ ููŽูˆู’ุฒู‹ุง ุนูŽุธููŠู…ู‹ุง. ูˆู‚ุงู„ ุชุนุงู„ู‰ ูŠูŽุง ุงูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู’ู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆู’ุง ุงุชู‘ูŽู‚ููˆู’ุง ุงู„ู„ู‡ูŽ ุญูŽู‚ู‘ูŽ ุชูู‚ูŽุงุชูู‡ู ูˆูŽู„ุงูŽ ุชูŽู…ููˆู’ุชูู†ู‘ูŽ ุฅูู„ุงู‘ูŽ ูˆูŽุฃูŽู†ู’ุชูู…ู’ ู…ูุณู’ู„ูู…ููˆู’ู† Hadirin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah Swt. Diantara perbedaan manusia dengan binatang, tanam-tanaman, hewan dan makhluk yang lain adalah adanya perasaan. Ada rasa malu ada rasa sayang, jika dikatakan binatang ada rasa sayang maka itu dikatakan insting bawaan yang sudah di fitrahkan Allah Swt, INNANI MIATA RAHMATIN sesungguhnya Allah mempunyai 100 rahmat 99 rahmat itu digenggam dalam qudrat iradat Allah dan 1 rahmat itu dibagi Allah kepada seluruh makhluk, gara-gara 1 rahmat itulah maka, seekor gajah yang besar tidak akan menginjak anaknya sampai mati walaupun tubuhnya besar. Gara-gara 1 rahmat itulah seekor singa yang buas tidak pernah menerkam anaknya selapar apapun ia, karna masih ada rasa kasih sayang. Tetapi ketika manusia tercabut kasih sayang didalam hatinya, maka kita menyaksikan ditelevisi, membaca dikoran, kita mendengar bagaimana seorang perempuan yang katanya berhati lembut, yang katanya penyayang tapi membuang buah hati belahan jiwanya janinnya didalam plastik sampah, dimasukkan kedalam WC, dimasukkan kedalam saluran air tanpa belas kasih sayang sama sekali. Oleh sebab itu Allah mengatakan ULAA-IKAKAL ANโ€™AM mereka seperti binatang BALHUM ADHOL bahkan lebih buruk, lebih jelek, lebih parah dari binatang. Begitulah manusia bila menggunakan potensi dalam dirinya maka dia lebih mulya dari malaikat ketika Allah katakan kepada Malaikat sujudlah kamu kepada Adam maka Malaikatpun sujud. Menunjukkan kepada manusia yang memiliki rasa, yang memiliki perasaan, maka dia dimulyakan Allah Swt. Rasa itu terbagi dalam bermacam-macam ada rasa takut, ada rasa malu, ada rasa sayang, Islam mengajarkan rasa kasih sayang karna kasih sayang itulah maka kita masih tetap sampai hari ini tidak sampai hati menginjak binatang padahal dia makhluk sangat kecil, karna kasih sayang itulah Nabi mengajarkan jangan kalian buang air kecil dilubang tanah, karna dilubang tanah itu ada serangga, dilubang tanah itu ada makhluk lain yang lebih tua dari kita, dilubang tanah adalah tempat tinggal makhluk lain yang bernama jin, setiap kali dikatakan manusia maka jin lebih dulu disebutkan dari manusia WAMA KHOLAKTUL JINNA WAL INSA, ALLAZI YUWASWISUFI SHUDURINNAS MINALJINNATI WANNAS, maka kita diajarkan untuk tidak menyakiti, mengganggu makhluk lain. Kalau ada agama berperikemanuasian maka Islam tidak hanya sekedar mengajarkan berperikemanusiaan tapi, menghormati makhluk lain. Sahabat Nabi yang beristinja, bersuci menggunakan batu, bersuci menggunakan benda yang keras, yang kesat tapi Nabi mengatakan jangan menggunakan tulang belulang, mengapa tidak boleh menggunakan tulang?, karna tulang belulang adalah makanan jin, ketika tulang belulang itu dipakai beristinja, terkena kotoran najis, maka mereka kehilangan makanannya. Islam mengajarkan makanan mereka tak boleh kita ganggu, mereka tak boleh kita sakiti, dilarang membuang air panas disembarang tempat mungkin ada mereka yang terkena air tersebut. Bahkan, ada rasa kepada Malaikat jangan makan makanan yang berbau karna malaikat merasa tersakiti sebagaimana manusia tersakiti mencium makanan yang berbau, Kata Nabi โ€œsiapa yang makan bawang putih atau bawang merah maka jangan dekat-dekat ditempat sholat kamiโ€, karna bau yang busuk menggangu sahabat disebelahnya, tapi tidak hanya sahabatnya yang terganggu Malaikatpun juga terganggu dengan bau itu, makanya Nabi mengajarakan kalaulah tidak memberatkan bagi ummatku, aku akan perintahkan kepada mereka untuk menggosok gigi dalam setiap mau sholat dia membersihkan mulutnya, karna mengganggu orang lain. Carilah agama didunia ini yang memperhatikan perasaan para jin, perasaan kepada malaikat, perasaan kepada serangga, Islam mengajarkan untuk mempunyai rasa kasi sayang, tak guna banyak ibadah, hebat dalam ritual tapi tak ada rasa mengasihi, tak ada rasa kasih sayang, bahkan orang yang banyak ibadah itu Nabi mengatakan semua ibadahnya hancur tidak dapat menolongnya dhadapan Allah Swt. Wahai rasulullah sesunggahnya fulan banyak puasa sunnah disiang hari, bnyak tahajjud sholat malam bermunjat kepada Allah, tapi rasa dalam hatinya tidak ada, tetangganya sahabatnya dengan lidahnyanya yang kasar, kata-katanya tajam menyakiti hati orang lain,kata Nabi tak ada kebaikan dalam dirinya dia penghuni neraka jahannam. Mana ibadahmu padahal Allah sudah berjanji FAMAYYAโ€™MAL MISQOLAZARROTIN KHOIROYYAROH sebesar biji sawi perbauatan baik akan dilihat dimata, tapi mengapa bertentangan dengan riwayat ini. Islam mempertajam rasa, untuk apa puasa 1 bulan penuh?, mempertajam rasa, merasakan sakitnya lapar, merasakan sakitnya haus, merasakan sakitnya orang susah. Apa manfaatnya haji,? sampai ke tanah suci mekkah pergi kepadang arafah dengan baju yang sama dengan warna yang sama dengan waktu yang sama, menunjukkan rasa bahwa kita ini hamba Allah bahwa kita sama dengan arab dengan non arab, antara penguasa denga dengan rakyat jelata, semuanya sama dihadapan Allah Swt. Makanya orang yang paling mulya disisi Allah ialah yang paling tajam rasa takutnya kepada Allah Swt. Jamaah jumโ€™at yang dimulyakan Allah Swt. Renungan buat kita bersama apakah ibadah kita salama ini membuat kita merasa takut kepada Allah?, apakah sholat, puasa, zakat dan haji kita selama ini membuat kita merasa takut kepada Allah?. Kalau ibadah kita membuat rasa takut, rasa peduli, rasa khuawatir, rasa cemas, rasa harap, berarti insyaallah itulah tujuan dari ajaran Islam. Tapi jika ibadah-ibadah itu membuat kita merasa hebat merasa angkuh merasa sombong maka ingatlah tidak masuk surga siapa yang dihatinya ada sombong walau sebesar biji sawi, ada angkuh, merasa lebih hebat, merasa lebih mulya, merasa lebih terhormat, merasa lebih masuk surga, yang lain hanya penghuni neraka. Jamaah jumโ€™at yang dimulyakan Allah. Ketika ada orang hari ini merasa pintar, merasa hebat, merasa sempurna, maka dengan agama ini, kita disuru untuk pandai merasa bukan merasa pandai, pandai-pandai merasakan persaaan orang lain LAYUโ€™MINU AHADUKUM kamu tak beriman HATTA YUHIBBA LI-AKHI sampai kau menyayangi saudaramu MAA YUHIBBU LINAFSIH sama seperti sayang kepada diri sendiri. Hari ini orang tidak lagi merasa malu memmpertontonkan auratnya, tahun 70an 80an laki-laki perempuan berjalan dengan bukan mahram malu dilihat orang lain, malu dilhat tetangga, malu dilihat sahabat, malu dilihat ayah, malu dilihat malaikat, hari ini tidak lagi memandang rasa malu. Tak ada rasa malu sedikitpun kemana rasa itu?, bukankah manusia yang dulu, juga manusia yang sekarang,? darah, daging, otak, sumsum, mata, telinga, hati, dia belum berubah menjadi robot, dia belum berubah menjadi transformer, didalam darahnya masih ada daging, tulang belum berubah menjadi listrik, tapi kenapa rasa malu itu hilang?. Ada apa dengan makhluk ini,? apakah dia salah makan?, apakah dia salah minuman,?. Itu semua akibat salah faham dengan kehidupan, salah pemahaman, salah mengerti lalu kemudian salah berfikir, salah berbicara, salah berbuat, maka mari kita memahami agama ini dengan benar jangan sampai kita salah. Seorang arsitek insinyur salah membuat jembatan, satu jembatan akan roboh, ibu rumah tangga salah membaca resep makanan, maka makanan akan hancur rugi sia-sia, tetapi jika kita salah dalam memahami agama salah dalam memahami kehidupan yang singkat ini, maka kita akan tersesat dan menyesal untuk selama-lamanya. Makanya yang pertama kita minta dalam hidup adalah, kita tidak minta selamat anakku, selamat istriku, kita tidak minta selamat keluargaku, itu belakangan, yang pertama kita minta adalah ALLAHUMMMA INNA NAS-ALUKA SALAMATAN FIDDIIN selamat dalam pemahaman agama. ุจูŽุงุฑูŽูƒูŽ ุงู„ู„ู‡ ู„ููŠ ูˆูŽู„ูŽูƒูู…ู’ ููู‰ ุงู’ู„ู‚ูุฑู’ุขู†ู ุงู’ู„ุนูŽุธููŠู’ู…ูุŒ ูˆูŽู†ูŽููŽุนูŽู†ููŠ ูˆูŽุฅููŠู‘ูŽุงูƒูู…ู’ ุจูู…ูŽุงูููŠู’ู‡ู ู…ูู†ู’ ุขูŠูŽุฉู ูˆูŽุฐููƒู’ุฑู ุงู„ู’ุญูŽูƒููŠู’ู…ู ูˆูŽุชูŽู‚ูŽุจู‘ูŽู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ู…ูู†ู‘ูŽุง ูˆูŽู…ูู†ู’ูƒูู…ู’ ุชูู„ุงูŽูˆูŽุชูŽู‡ู ูˆูŽุฅูู†ู‘ูŽู‡ู ู‡ููˆูŽ ุงู„ุณู‘ูŽู…ููŠู’ุนู ุงู„ุนูŽู„ููŠู’ู…ูุŒ ูˆูŽุฃูŽู‚ููˆู’ู„ู ู‚ูŽูˆู’ู„ููŠ ู‡ูŽุฐูŽุง ููŽุฃุณู’ุชูŽุบู’ููุฑู ุงู„ู„ู‡ูŽ ุงู„ุนูŽุธููŠู’ู…ูŽ ุฅูู†ู‘ูŽู‡ู ู‡ููˆูŽ ุงู„ุบูŽูููˆู’ุฑู ุงู„ุฑู‘ูŽุญููŠู’ู… Khutbah II ุงูŽู„ู’ุญูŽู…ู’ุฏู ู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ู‰ูŽ ุฅูุญู’ุณูŽุงู†ูู‡ู ูˆูŽุงู„ุดู‘ููƒู’ุฑู ู„ูŽู‡ู ุนูŽู„ู‰ูŽ ุชูŽูˆู’ูููŠู’ู‚ูู‡ู ูˆูŽุงูู…ู’ุชูู†ูŽุงู†ูู‡ู. ูˆูŽุฃูŽุดู’ู‡ูŽุฏู ุฃูŽู†ู’ ู„ุงูŽ ุงูู„ูŽู‡ูŽ ุฅูู„ุงู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุงู„ู„ู‡ู ูˆูŽุญู’ุฏูŽู‡ู ู„ุงูŽ ุดูŽุฑููŠู’ูƒูŽ ู„ูŽู‡ู ูˆูŽุฃูŽุดู’ู‡ูŽุฏู ุฃู†ู‘ูŽ ุณูŽูŠู‘ูุฏูŽู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู‹ุง ุนูŽุจู’ุฏูู‡ู ูˆูŽุฑูŽุณููˆู’ู„ูู‡ู ุงู„ุฏู‘ูŽุงุนูู‰ ุฅู„ู‰ูŽ ุฑูุถู’ูˆูŽุงู†ูู‡ู. ุงู„ู„ู‡ูู…ู‘ูŽ ุตูŽู„ู‘ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ูˆูุนูŽู„ูŽู‰ ุงูŽู„ูู‡ู ูˆูŽุฃูŽุตู’ุญูŽุงุจูู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูู…ู’ ุชูŽุณู’ู„ููŠู’ู…ู‹ุง ูƒูุซูŠู’ุฑู‹ุง ุฃูŽู…ู‘ูŽุง ุจูŽุนู’ุฏู ููŽูŠุงูŽ ุงูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู ุงูุชู‘ูŽู‚ููˆุง ุงู„ู„ู‡ูŽ ูููŠู’ู…ูŽุง ุฃูŽู…ูŽุฑูŽ ูˆูŽุงู†ู’ุชูŽู‡ููˆู’ุง ุนูŽู…ู‘ูŽุง ู†ูŽู‡ูŽู‰ ูˆูŽุงุนู’ู„ูŽู…ููˆู’ุง ุฃูŽู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ุฃูŽู…ูŽุฑูŽูƒูู…ู’ ุจูุฃูŽู…ู’ุฑู ุจูŽุฏูŽุฃูŽ ูููŠู’ู‡ู ุจูู†ูŽูู’ุณูู‡ู ูˆูŽุซูŽู€ู†ูŽู‰ ุจูู…ูŽู„ุข ุฆููƒูŽุชูู‡ู ุจูู‚ูุฏู’ุณูู‡ู ูˆูŽู‚ูŽุงู„ูŽ ุชูŽุนุงูŽู„ูŽู‰ ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูˆูŽู…ูŽู„ุขุฆููƒูŽุชูŽู‡ู ูŠูุตูŽู„ู‘ููˆู’ู†ูŽ ุนูŽู„ู‰ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุจูู‰ ูŠุข ุงูŽูŠู‘ูู‡ูŽุง ุงู„ู‘ูŽุฐููŠู’ู†ูŽ ุขู…ูŽู†ููˆู’ุง ุตูŽู„ู‘ููˆู’ุง ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูู…ููˆู’ุง ุชูŽุณู’ู„ููŠู’ู…ู‹ุง. ุงู„ู„ู‡ูู…ู‘ูŽ ุตูŽู„ู‘ู ุนูŽู„ูŽู‰ ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ูŽุง ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ุตูŽู„ู‘ูŽู‰ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู„ูŽูŠู’ู‡ู ูˆูŽุณูŽู„ู‘ูู…ู’ ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุขู„ู ุณูŽูŠู‘ูุฏูู†ุงูŽ ู…ูุญูŽู…ู‘ูŽุฏู ูˆูŽุนูŽู„ูŽู‰ ุงูŽู†ู’ุจููŠุขุฆููƒูŽ ูˆูŽุฑูุณูู„ููƒูŽ ูˆูŽู…ูŽู„ุขุฆููƒูŽุฉู ุงู’ู„ู…ูู‚ูŽุฑู‘ูŽุจููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงุฑู’ุถูŽ ุงู„ู„ู‘ู‡ูู…ู‘ูŽ ุนูŽู†ู ุงู’ู„ุฎูู„ูŽููŽุงุกู ุงู„ุฑู‘ูŽุงุดูุฏููŠู’ู†ูŽ ุฃูŽุจูู‰ ุจูŽูƒู’ุฑู ูˆูŽุนูู…ูŽุฑ ูˆูŽุนูุซู’ู…ูŽุงู† ูˆูŽุนูŽู„ูู‰ ูˆูŽุนูŽู†ู’ ุจูŽู‚ููŠู‘ูŽุฉู ุงู„ุตู‘ูŽุญูŽุงุจูŽุฉู ูˆูŽุงู„ุชู‘ูŽุงุจูุนููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุชูŽุงุจูุนููŠ ุงู„ุชู‘ูŽุงุจูุนููŠู’ู†ูŽ ู„ูŽู‡ูู…ู’ ุจูุงูุญู’ุณูŽุงู†ู ุงูู„ูŽู‰ูŠูŽูˆู’ู…ู ุงู„ุฏู‘ููŠู’ู†ู ูˆูŽุงุฑู’ุถูŽ ุนูŽู†ู‘ูŽุง ู…ูŽุนูŽู‡ูู…ู’ ุจูุฑูŽุญู’ู…ูŽุชููƒูŽ ูŠูŽุง ุฃูŽุฑู’ุญูŽู…ูŽ ุงู„ุฑู‘ูŽุงุญูู…ููŠู’ู†ูŽ ุงูŽู„ู„ู‡ูู…ู‘ูŽ ุงุบู’ููุฑู’ ู„ูู„ู’ู…ูุคู’ู…ูู†ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู’ู„ู…ูุคู’ู…ูู†ูŽุงุชู ูˆูŽุงู’ู„ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู’ู„ู…ูุณู’ู„ูู…ูŽุงุชู ุงูŽู„ุงูŽุญู’ูŠุขุกู ู…ูู†ู’ู‡ูู…ู’ ูˆูŽุงู’ู„ุงูŽู…ู’ูˆูŽุงุชู ุงู„ู„ู‡ูู…ู‘ูŽ ุฃูŽุนูุฒู‘ูŽ ุงู’ู„ุฅูุณู’ู„ุงูŽู…ูŽ ูˆูŽุงู’ู„ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุฃูŽุฐูู„ู‘ูŽ ุงู„ุดู‘ูุฑู’ูƒูŽ ูˆูŽุงู’ู„ู…ูุดู’ุฑููƒููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงู†ู’ุตูุฑู’ ุนูุจูŽุงุฏูŽูƒูŽ ุงู’ู„ู…ููˆูŽุญู‘ูุฏููŠู‘ูŽุฉูŽ ูˆูŽุงู†ู’ุตูุฑู’ ู…ูŽู†ู’ ู†ูŽุตูŽุฑูŽ ุงู„ุฏู‘ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽุงุฎู’ุฐูู„ู’ ู…ูŽู†ู’ ุฎูŽุฐูŽู„ูŽ ุงู’ู„ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู’ู†ูŽ ูˆูŽ ุฏูŽู…ู‘ูุฑู’ ุฃูŽุนู’ุฏูŽุงุกูŽ ุงู„ุฏู‘ููŠู’ู†ู ูˆูŽุงุนู’ู„ู ูƒูŽู„ูู…ูŽุงุชููƒูŽ ุฅูู„ูŽู‰ ูŠูŽูˆู’ู…ูŽ ุงู„ุฏู‘ููŠู’ู†ู. ุงู„ู„ู‡ูู…ู‘ูŽ ุงุฏู’ููŽุนู’ ุนูŽู†ู‘ูŽุง ุงู’ู„ุจูŽู„ุงูŽุกูŽ ูˆูŽุงู’ู„ูˆูŽุจูŽุงุกูŽ ูˆูŽุงู„ุฒู‘ูŽู„ุงูŽุฒูู„ูŽ ูˆูŽุงู’ู„ู…ูุญูŽู†ูŽ ูˆูŽุณููˆู’ุกูŽ ุงู’ู„ููุชู’ู†ูŽุฉู ูˆูŽุงู’ู„ู…ูุญูŽู†ูŽ ู…ูŽุง ุธูŽู‡ูŽุฑูŽ ู…ูู†ู’ู‡ูŽุง ูˆูŽู…ูŽุง ุจูŽุทูŽู†ูŽ ุนูŽู†ู’ ุจูŽู„ูŽุฏูู†ูŽุง ุงูู†ู’ุฏููˆู†ููŠู’ุณููŠู‘ูŽุง ุฎุขุตู‘ูŽุฉู‹ ูˆูŽุณูŽุงุฆูุฑู ุงู’ู„ุจูู„ู’ุฏูŽุงู†ู ุงู’ู„ู…ูุณู’ู„ูู…ููŠู’ู†ูŽ ุนุขู…ู‘ูŽุฉู‹ ูŠูŽุง ุฑูŽุจู‘ูŽ ุงู’ู„ุนูŽุงู„ูŽู…ููŠู’ู†ูŽ. ุฑูŽุจู‘ูŽู†ูŽุง ุขุชูู†ุงูŽ ููู‰ ุงู„ุฏู‘ูู†ู’ูŠูŽุง ุญูŽุณูŽู†ูŽุฉู‹ ูˆูŽููู‰ ุงู’ู„ุขุฎูุฑูŽุฉู ุญูŽุณูŽู†ูŽุฉู‹ ูˆูŽู‚ูู†ูŽุง ุนูŽุฐูŽุงุจูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุฑู. ุฑูŽุจู‘ูŽู†ูŽุง ุธูŽู„ูŽู…ู’ู†ูŽุง ุงูŽู†ู’ููุณูŽู†ูŽุง ูˆูŽุงุฅู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ุชูŽุบู’ููุฑู’ ู„ูŽู†ูŽุง ูˆูŽุชูŽุฑู’ุญูŽู…ู’ู†ูŽุง ู„ูŽู†ูŽูƒููˆู’ู†ูŽู†ู‘ูŽ ู…ูู†ูŽ ุงู’ู„ุฎูŽุงุณูุฑููŠู’ู†ูŽ. ุนูุจูŽุงุฏูŽุงู„ู„ู‡ู ! ุฅูู†ู‘ูŽ ุงู„ู„ู‡ูŽ ูŠูŽุฃู’ู…ูุฑูู†ูŽุง ุจูุงู’ู„ุนูŽุฏู’ู„ู ูˆูŽุงู’ู„ุฅูุญู’ุณูŽุงู†ู ูˆูŽุฅููŠู’ุชุขุกู ุฐููŠ ุงู’ู„ู‚ูุฑู’ุจู‰ูŽ ูˆูŽูŠูŽู†ู’ู‡ูŽู‰ ุนูŽู†ู ุงู’ู„ููŽุญู’ุดุขุกู ูˆูŽุงู’ู„ู…ูู†ู’ูƒูŽุฑู ูˆูŽุงู’ู„ุจูŽุบู’ูŠ ูŠูŽุนูุธููƒูู…ู’ ู„ูŽุนูŽู„ู‘ูŽูƒูู…ู’ ุชูŽุฐูŽูƒู‘ูŽุฑููˆู’ู†ูŽ ูˆูŽุงุฐู’ูƒูุฑููˆุง ุงู„ู„ู‡ูŽ ุงู’ู„ุนูŽุธููŠู’ู…ูŽ ูŠูŽุฐู’ูƒูุฑู’ูƒูู…ู’ ูˆูŽุงุดู’ูƒูุฑููˆู’ู‡ู ุนูŽู„ู‰ูŽ ู†ูุนูŽู…ูู‡ู ูŠูŽุฒูุฏู’ูƒูู…ู’ ูˆูŽู„ูŽุฐููƒู’ุฑู ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽูƒู’ุจูŽุฑู’ Catatan Mohon Maaf Kalau Ada Ketikan Tulisan Yang Salah. Semoga bermanfaat....!!! Aku sungguh tidak tau dengan apa yang kamu rasakan saat ini. Apa rasa cinta itu masih ada atau sudah terkikis dan mulai hilang. Ahh, kamu pasti marah kalau hal ini aku katakan langsung dan kita akan memulai pertengkaran yang lain lagi. Aku berharap apa yang aku rasakan salah. Rasa itu sudah mulai hilang, dan kamu tidak bahagia dengan aku. TITIK!!! Ya itu yang aku rasakan. Besok adalah salah satu hari yang aku tunggu. Tapi bahkan kamu sama sekali tidak mengucapkan apa-apa. Memberi semangat atau menenangkan aku yang sedang merasa tegang memikirkan besok. Yah, itu cuma hal biasa. Atau malah tidak penting. Tapi dulu, kamu adalah satu-satunya orang yang selalu memberi semangat tiap ada acara di sekolah. Lalu kemana kamu yang dulu? Dan kamu akan menjawab sudahlah, jangan bawa yang dulu-dulu. Inilah yang paling aku benci. Tuhan seakan-akan memberikan kebahagiaan, lalu menampar aku dengan mengambil semua itu. Mungkin ini karma yang harus aku terima. Yasudahlah. Aku sudah terbiasa untuk diabaikan. Bahkan diabaikan oleh orang yang aku sayangi. Kadang aku merasa kamu sama sekali tidak suka dengan kehadiranku. Seakan-akan kamu tidak ingin didekati. Tapi jika dengan orang lain, kamu merasa nyaman. Seperti tadi malam di telp, saat cuma kita berdua yang berbicara, seakan-akan kamu jadi malas bicara, seakan-akan kamu lebih ingin cepat-cepat supaya telp itu aku sambungkan dengan Sam dan Choss. Dan seakan tombol diputar, kamu langsung menjadi orang yang berbeda. Orang yang banyak bicara. Sakit rasanya kalau ingat bagaimana kamu membuat jarak. Bagaimana kamu merasa tidak nyaman dengan kehadiranku. Kalau kamu memang sudah tidak mau aku ada dalam hidup kamu, dan kamu juga merasa terganggu dengan kehadiranku. Lebih baik pergi. Ya, pergi meninggalkan aku. Cari kebahagiaan untuk dirimu sendiri, dapatkan kenyaman yang pernah kamu rasakan sebelum kamu mengenal aku. Tidak, aku tidak akan membencimu. Aku justru akan semakin menyakitimu kalau harus memaksakan kamu tetap ada disisiku. Aku justru semakin tersiksa membayangkan kamu harus berpura-pura memiliki rasa yang sebenarnya kamu sendiri tidak tau masih memiliki rasa itu atau tidak. Aku juga tidak pernah menyesal karna sudah mengenalmu. Aku justru merasa senang. Karna aku tidak pernah merasa bahagia dalam menjalin hubungan sebelumnya. Aku bahagia karna sudah mengenalmu, aku bahagia karna kamu sudah mengijinkan aku untuk masuk dalam hidupmu. Maaf karna aku tidak pernah membuatmu bahagia. Ingat apa yang kamu tulis di Sepoci Kopi? โ€œKetakutan pasangan saya adalah dia tidak bisa membahagiakan sayaโ€ dan kamu mengatakan kalau kamu bahagia dengan saya yang terasa dekat dengan kamu walaupun jarak yang ada sangat jauh. Lihat? Aku bahkan pada saat diawal sudah mengatakan kalau aku tidak bisa membuatmu bahagia. Dan sekarang lihat. Kamu tidak bahagia. Maaf untuk semua rasa tidak bahagia yang kamu rasakan selama kamu bersamaku. Sayang, kalau suatu saat kamu menemukan orang yang bisa membuatmu bahagia bahkan sangat bahagia melebihi rasa bahagia yang kamu rasakan pada saat awal kita menjalin hubungan. Katakan langsung padaku, aku akan mundur. Aku akan memberi jalan untuk kamu mendapatkan kebahagiaanmu. Tidak ada yang lebih penting untukku selain rasa bahagiamu. This entry was posted in Gloomy, Jejak Kita. Bookmark the permalink. Banyak keputusan penting diambil dengan perasaan atau intuisi. Suka atau tidak suka, itulah realitas kehidupan, realitas dunia, dan realitas pada karir apakah lantas perasaan menjadi salah?Menurut saya, tidak salah. Maksudnya begini...Perasaan atau rasa, dapat saya katakan sebagai penentu keputusan akhir dalam banyak hal pada kehidupan nyaris semua dan serasional apapun seorang manusia, dalam memutuskan perkara-perkara apapun, baik kecil maupun besar, pasti melibatkan perasaan dilibatkan dalam konteks dan kadar yang tepat, perasaan bukanlah sesuatu hal yang melulu harus dianggap negatif. Akan lebih tjakeppp lagi jika kita mahir mengkomunikasikan perasaan yang konteks dan kadarnya sudah tepat itu, kepada semua pihak yang berkepentingan dengan keputusan kita contoh, saya mengutip hasil riset sebuah lembaga riset konsumen yang pada waktu itu sedang menelisik preferensi konsumen Indonesia dalam memutuskan pembelian dugaan saya sebelumnya, mayoritas konsumen mobil melakukan pembelian mobil karena didasarkan atas hal-hal yang bersifat intuitif dan melibatkan perasaan, seperti misalnya bentuk & desain mobil, warna mobil, kesaksian kawannya dan orang lain selama menggunakan merek mobil tersebut rasa aman, hingga rasa suka terhadap merek tersebut tanpa alasan yang terlalu spesifik, misalnya karena alasan emosional atau historikal.Sementara itu, mereka yang membeli mobil berdasarkan hal-hal teknis, misalnya fitur, mesin, performa, dan aspek-aspek kuantitatif lainnya; justru berjumlah tidak percaya juga?Cobalah sesekali mengobrol dengan para pebisnis. Memang benar bahwa dalam memutuskan hal-hal yang berbau bisnis, para pebisnis modern banyak menyandarkan pemikirannya pada data ilmiah maupun data misalnya ketika harus memutuskan pilihan partner bisnisnya, mayoritas keputusan mereka diambil berdasarkan intuisi, perasaan atau kecocokan chemistry; tentunya selain atribut kasat mata kuantitatif lainnya yang melekat pada diri sang kandidat partner bisnisnya beberapa pebisnis yang sempat bertukar pikiran dengan saya menceritakan bahwa untuk memutuskan jenis bisnis apa yang akan mereka tekuni pun, mereka banyak melibatkan intuisi atau simply perasaan saja, feeling saja. Mereka suka dengan bidang tersebut atau mereka merasa bahwa akan banyak orang suka dengan apa yang mereka jual dalam bisnis mereka, ya just do it. Sesederhana itu tentunya bukan merupakan sebuah konklusi bahwa dalam memutuskan banyak hal, lantas kita harus melulu menggunakan intuisi atau perasaan tanpa diimbangi dengan akal sehat, rasionalitas, dan logika. Namun harus kita ingat bersama bahwa dari jaman dahulu pun, sudah banyak cerita dimana ketika misalnya seorang perwira utama yang ahli perang memilih perwira bawahan kepercayaannya, faktor intuisi berperan besar dalam menunjang keputusan perwira utama demikian?Karena betapa hebatnya pun keahlian & pengalaman bertempur seorang deputi perwira, jika misalnya ia tidak loyal atau kurang mahir membakar semangat pasukannya, maka semua keahlian dan pengalaman tempur tersebut menjadi tidak ada artinya detasemen pasukan khusus boleh saja memiliki senjata, pelatihan, dan strategi terbaik. Tapi jika itu tidak dilandasi dengan semangat juang yang membara, alias kekurangan faktor "why", maka semua atribut dan kehebatan itu akan sejumlah faktor "why" bersifat emosional, bukan kuantitatif. Misalnya tentara bersedia mengorbankan nyawanya karena kecintaan terhadap Tanah Air, atau segera menyelesaikan misi karena ingin pulang dengan selamat demi menemui Manakah Akar Intuisi Tertanam?Sementara analisa dan rasionalitas berasal dari bagian otak sadar kita, maka intuisi berasal dari otak bawah sadar pernah mendengar pernyataan, bahwa sukses atau gagalnya kehidupan kita, sesungguhnya sangat dipengaruhi oleh pemikiran bawah sadar kita? Psikologi populer menyebutnya sebagai self-talk, alias apa yang selalu kita pikirkan tentang diri sendiri dan apa yang selalu kita katakan pada diri dengan demikian, peran intuisi menjadi penting, atau bahkan krusial, dalam menentukan sukses atau gagalnya perjalanan hidup dan karir kita?Oke, saya berikan gambaran lagi...Kita semua pastinya paham bahwa integritas, kredibilitas, loyalitas, dedikasi, sikap baik, karakter positif, belas-kasih pada kehidupan, kebiasaan baik, budi-pekerti, dan sejumlah keluhuran moral kualitatif lainnya; merupakan hal-hal yang sulit atau tidak dapat diukur dengan metode apapun dan tidak ada saya katakan, keluhuran moral kualitatif itulah yang merupakan akar dari perasaan atau intuisi kita. Mereka itulah yang seharusnya ditanamkan oleh orangtua sejak anak-anaknya masih kecil, karena proses penanaman nilai-nilai luhur tersebut hanya akan efektif ketika dilakukan di masa kecil seorang anak dari itu tidaklah mengherankan jika seringkali kita kesulitan untuk mengubah sifat buruk seseorang menjadi sifat baik, ketika orang tersebut sudah dewasa atau sudah berumur senja."Roh" pengajaran moralitas dari orangtua, bersemayam di alam bawah sadar kita, sedangkan alam sadar kita bertugas untuk memperoleh ilmu dan memproses pengetahuan yang kasat mata dan kuantitatif dari sekeliling dalam pemahaman yang positif, tidak berdiri sendiri tanpa masukan apapun dari "data" pendukung itu, jika perasaan dalam arti negatif tanpa didukung oleh data atau "data", maka itu lebih tepat disebut sebagai sikap emosional atau kata "data" ada yang saya beri tanda kutip?Karena "data" yang saya maksudkan dalam konteks ini adalah "data" yang bersifat kualitatif. Bukan data numerik atau matematis, dan bukan data kuantitatif yang kasat mata, serba terukur, dan dapat dihitung atau saja yang termasuk dalam data kualitatif ini, yang merupakan akar intuisi seseorang ketika menilai sebuah fenomena atau mengambil keputusan penting?1 Pengalaman & Statistik PribadiSeseorang yang lebih sering bertemu dengan berbagai ragam kepribadian manusia lainnya, akan lebih tajam intuisinya dalam menilai sifat & karakter seseorang yang baru dia juga ketika seseorang sudah sering mengalami kejatuhan dalam hidup atau kegagalan dalam karir, intuisinya dalam menilai fenomena atau orang lain, akan lebih tajam.2 Komunikasi VerbalEnergi dan kecocokan itu sederhana saja, yaitu diawali dari kualitas komunikasi, baik secara lisan verbal maupun secara ada berbagai perasaan tidak enak dalam bentuk apa pun ketika berkomunikasi, misalnya gak kunjung nyambung, atau salah satu pihak merasa terlalu di-push atau didominasi; sebenarnya itu sudah merupakan sinyal awal dari ketidakcocokan di masa kelas & kualitas kehidupan kita ditentukan dari kualitas komunikasi yang dapat kita lakukan bersama dengan orang kita pada dasarnya memang menyukai komunikasi yang baik, efektif dan berkualitas; maka dengan sendirinya pergaulan & kehidupan kita akan mempertemukan kita dengan orang-orang yang juga memiliki kesamaan kecintaan terhadap komunikasi yang baik, efektif dan berkualitas tinggi jam terbang kehidupan seseorang, maka dia akan semakin tajam dalam menilai potensi kecocokan, bahkan cukup dari percakapan tekstual yang intensif saja.3 Komunikasi Non-VerbalJangan salah... karena mayoritas efektivitas sebuah proses komunikasi, justru datang dari komunikasi non-verbal, seperti bahasa tubuh, ekspresi, dan mikro-ekspresi visual, auditori intonasi, dan sejumlah "isyarat" tak kasat mata lainnya yang dapat dideteksi oleh mereka yang sensitif & peka terhadap detail-detail semacam orang mengatakan bahwa komunikasi non-verbal tidak akurat dan tidak ada dasar akurasi keilmuan komunikasi non-verbal ini sudah sangat lama diakui oleh kalangan psikolog, pakar manajemen resiko, praktisi pemasaran & penjualan, praktisi bisnis, praktisi komunikasi, praktisi HR & rekrutmen, ahli bahasa tubuh, hingga lembaga rahasia dunia dan penegakan hukum sekelas FBI, CIA, NSA dan masih banyak non-visual merupakan aspek yang relatif lebih sulit untuk kita kendalikan, karena berhubungan dengan karakter dasar kita, pola asuh sejak kecil, kebiasaan hidup, dan apa yang ada di alam bawah sadar dengan demikian, komunikasi non-verbal inilah yang lebih jujur mengungkapkan kebenaran tentang lawan bicara kita; tentunya bagi mereka yang memiliki intuisi tajam, perasaan yang peka, dan pengetahuan / pengalaman yang memadai untuk mendeteksi dan Ada Pada Sinergi, Bukan Ekstrimisme Satu SisiDi dunia karir dan rekrutmen, seringkali ada pro dan kontra seputar apakah rekruter atau User sah atau tidak sah dalam menggunakan perasaan, intuisi, atau feeling ketika merekrut para jika kita benar-benar memahami jati diri kita seutuhnya, apakah soal penggunaan hal-hal yang kasat mata dan rasional dengan hal-hal yang tidak kasat mata dan intuitif; tidak perlu menjadi perdebatan apa?Karena kedua hal tersebut dapat bersinergi, alias dapat kita kondisikan untuk rasionalitas dan intuisi berjalan sendiri-sendiri tanpa saling mendukung satu sama lain, justru merupakan awal kegagalan kita dalam memahami human nature yang menilai orang-orang yang terlalu rasional, terlalu analitis, atau terlalu berpijak hanya pada data-data yang kasat mata saja; saya justru merasa harus lebih berhati-hati terhadap mereka, ketika berurusan secara dari pengalaman saya pribadi maupun pengalaman banyak orang sukses yang saya serap kebijaksanaan hidupnya, orang-orang yang terlalu rasional, terlalu matematis, terlalu analitis, atau terlalu kuantitatif; merupakan orang yang tidak dapat diserahi perkara-perkara besar yang melibatkan manusia di mungkin cocok berurusan dengan mesin, data, dan sejumlah hal lain yang berhubungan dengan kuantifikasi. Tapi untuk dapat mengembangkan potensi kepemimpinan dalam diri mereka, itu butuh proses tambahan yang tidak mudah dan tidak lebih fatalnya lagi, masih ada cukup banyak golongan masyarakat yang menilai "orang kuantitatif" ini sebagai orang yang smart, pintar, keren, dan bisa langsung diserahi penugasan ini-itu yang bersifat krusial. Padahal kenyataannya tidaklah sesederhana pikir masyarakat semacam ini wajar saja mengingat warisan masa lalu dalam kebudayaannya, yang terlalu mengagungkan kuantifikasi, engineering, dan atribut-atribut kehidupan lainnya yang kasat mata dan langsung dapat dinilai dengan mudah dari sisi ekstrim lainnya, pribadi yang terlalu mengandalkan feeling atau intuisinya semata tanpa melibatkan pertimbangan-pertimbangan rasional yang kasat mata dan dapat diterima oleh orang lain; juga yang terlalu mengagungkan feeling atau intuisi semata, biasanya dengan mudah terjebak menjadi pribadi yang subjektif, mudah terperangkap dalam Like and Dislike pada orang lain atau anggota organisasi, dan mudah mempercayai gosip atau hoax tanpa melakukan pengecekan-silang pada fakta atau sekali lagi...Segala sesuatu yang ekstrim atau berlebihan, tidak baik adanya. Tidak akan menghasilkan hal-hal yang konstruktif di dalam prosesnya maupun pada ini dan di masa depan, dunia ini semakin membutuhkan pribadi-pribadi yang dapat menyinergikan segala sesuatunya menjadi sesuatu yang konstruktif, produktif, dan siapa pun yang betah berlama-lama berada di dalam pemahaman yang ekstrim akan segala sesuatunya, merupakan orang yang tidak konstruktif, tidak produktif, dan tidak yang Mengikuti Pengabaian Keutamaan ItuDi dunia organisasi, karir, rekrutmen, dan ketenagakerjaan; sebenarnya berlaku sama...Pribadi paling efektif, efisien, dan adaptif; adalah mereka yang mampu menyinergikan berbagai unsur dan fenomena, menjadi satu kekuatan utuh yang konstruktif, produktif, dan di posisi & fungsi apa pun sebuah organisasi atau perusahaan yang terlalu mengagungkan intelektualitas, atribut akademik, dan hal-hal kasat mata lainnya dari mereka yang dia pimpin; akan mudah terjebak atau dijebak oleh hal-hal tidak kasat mata yang dikondisikan oleh orang-orang yang bermaksud tidak baik terhadap pula sebaliknya. Jika pemimpin terlalu tergantung dengan hal-hal tak kasat mata yang sulit diukur atau dikomunikasikan pada orang lain, itu pulalah yang seringkali menjadi kehancuran sebuah organisasi atau bisnis. Kalau pun bisnisnya masih berjalan, organisasi atau skala bisnisnya sulit untuk diperbesar ke tingkatan yang lebih pula dengan rekruter...Rekruter yang terlalu memuja nama kampus, terlalu memuja IPK, terlalu memuja jurusan akademik tertentu, terlalu memuja lamanya kandidat bekerja di suatu perusahaan dan kecemerlangan karirnya, atau terlalu memuja pengalaman kerja...Sesungguhnya merupakan rekrutersaurus...Apakah golongan rekruter semacam ini masih ada? Masih. Apakah mereka akan bertahan menghadapi dunia HR dan rekrutmen di masa depan? Saya sungguh berbahaya juga jika seorang pemimpin perusahaan menempatkan rekruter yang dalam melakukan perekrutan bagi organisasinya, terlalu mengandalkan intuisi hampa atau feeling semacam ini biasanya mudah terjebak oleh kecantikan atau kegantengan fisik kandidat, Like / Dislike berdasarkan kesamaan SARA, kenyamanan semu, atau favoritisme cenderung memilih kandidat yang karakter dan nilai kehidupannya sama dengan sang rekruter, dan mengesampingkan kompetensi.Beruntungnya kita hidup di dunia yang sudah sarat dengan teknologi... bahwa kini pekerjaan merekrut kandidat, juga dapat dilakukan oleh rekruter yang latar belakangnya bukan tidak sedang mengatakan bahwa rekan-rekan jebolan jurusan Psikologi menjadi tidak penting lagi perannya di dunia rekrutmen. Itu salah sebuah ilmu humaniora yang berumur sangat tua dan berakar dari berbagai data, statistik, dan metodologi yang telah teruji; keilmuan Psikologi terbukti dapat merepresentasikan data yang akurat tentang profil seseorang, tentunya selama proses pengujiannya dijalankan dan hasil pengujiannya diinterpretasikan oleh Psikolog Profesi yang latarbelakang akademiknya dapat dipertanggungjawabkan dan jam terbangnya dapat saya ingin katakan di sini adalah bahwa dengan teknologi, justru kehebatan-kehebatan di dunia Psikologi tersebut dapat dikompilasikan dan disistemasikan dalam bentuk perangkat lunak software atau platform aplikasi, yang kini semakin mempermudah banyak rekruter dalam melakukan saja yang dipermudah oleh teknologi tersebut? Kesemuanya. Baik rekruter yang berlatarbelakang Psikologi, maupun rekruter yang berlatarbelakang non-Psikologi. Berkat teknologi dan semakin inklusif-nya bidang Human Resources, dunia rekrutmen semakin diperkaya dengan kehadiran rekruter non-Psikologi, yang seringkali memiliki insight yang tidak kalah menariknya dibandingkan dengan rekan-rekan rekruter dari terutama mempermudah proses pengujian kandidat yang bersifat kuantitatif. Untuk sisi kualitatifnya atau sisi intuitifnya, biasanya rekruter melengkapinya lewat proses hasil pengujian terhadap kandidat tersebut dapat dipandang secara utuh dan menyeluruh, baik objektif-kuantitatif maupun berpikir terlalu negatif ya akan kata "subjektif-intuitif". Selama kita masih berwujud manusia, bukan robot, namanya subjektivitas dan intuisi masih akan hadir di semua proses kehidupan ada manusia yang mengklaim bahwa dirinya murni objektif dan tanpa bias subjektivitas sedikit pun, justru saya malah jadi meragukan akurasi penilaiannya. Mengapa demikian? Karena kita masih hidup di antara manusia dengan segala kompleksitasnya. Bukan kita mampu menyinergikan objektivitas dan subjektivitas tersebut ke dalam penilaian yang utuh dan konstruktif, saya melihatnya justru itulah yang merupakan potret akurat akan profil kepribadian satu cara paling ampuh untuk mendekati objektivtas dalam menilai segala sesuatunya, adalah dengan diskusi bersama beberapa ragam pemikiran dari beberapa kepala. Itulah mengapa bahkan di pengadilan yang terkenal dengan keadilan dan objektivitasnya sekalipun, ada sistem juri dan diskusi antar-hakim. Demikian juga dengan rekruter yang harus berdiskusi jernih bersama User, demi mencapai sinergi terbaik antara objektivitas-kuantitatif dengan juga dengan diri kandidat...Kandidat yang terlalu memuja hal-hal kuantitatif, biasanya mudah terjebak dalam pemikiran bahwa cantiknya CV, tjakepnya Bahasa Inggris di CV padahal kalo conversation gelagapan, kerennya profil LinkedIn mereka, gagahnya nama kampus mereka, atau menakjubkannya jurusan akademik mereka... dapat mengantarkan mereka pada kemudahan mendapatkan pekerjaan dan kemulusan dalam menjalani karirnya...Padahal kenyataannya tidaklah demikian sama sekali... apalagi di jaman krisis koronce begini...Bahkan siapa pun yang tadinya merasa kuat di atas angin bersama jabatan kerennya dan nama besar perusahaannya, kini merana menjadi "bukan siapa-siapa" lagi akibat pandemi yang kita semua alami ini...Para sahabat pencari kerja sekalian...Saya di sini tidak sedang mengejek siapa pun yang terkena efek pandemi. In fact, saya pun termasuk yang terkena efek pandemi. Jadi, kita senasib koq...Saya hanya ingin mengatakan bahwa please please please tanamkan pemahaman yang benar sejak awal, bahwa ke depannya, atribut-atribut kasat mata dan kuantitatif dalam diri seorang kandidat, akan menjadi semakin tidak sepenting di masa depannya, rekruter akan banyak berfokus pada karakter luhur, daya juang resilience, moralitas, ketangkasan dalam proses belajar dan pengembangan diri agile, sikap adaptif, kesediaan untuk going extra miles tanpa hitung-hitungan, dan kemampuan untuk menjalani dinamika penugasan secara individual maupun secara kompetensi, ke depannya, para kandidat yang memiliki konfigurasi T-Shaped Competency akan lebih berpeluang merebut dan membentuk karir-karir impian mereka. Mengenai T-Shaped Competency ini, akan saya bawakan dalam artikel jangan lupa ya... bahwa keaktifan kita di LinkedIn dan betapa kerennya kita dalam membangun Personal Brand secara publik, juga harus diimbangi dengan kualitas jati diri dan kompetensi kita, yang diharapkan dapat memukau rekruter dengan kemampuan analisa secara menyeluruh, baik pada aspek kuantitatif-kasat mata maupun aspek kualitatif-intuitif atas diri "Culture Fit" Salahkah?Cukup banyak organisasi dan rekruter yang mendasarkan pemilihan kandidat pada aspek culture fit, chemistry, alias kecocokan sang kandidat dengan kultur perusahaan hal ini salah?Menurut penilaian saya, tidak salah. Karena apa? Karena kita masih disebut sebagai MANUSIA, bukan kita memimpikan untuk tidak lagi berurusan dengan chemistry, feeling, intuisi, atau culture fit; itu tandanya kita harus berurusan sepenuhnya dengan sebenernya aneh juga sih... karena produsen robot justru melengkapi robot ciptaannya dengan sifat yang - sebisa mungkin - mendekati sifat-sifat kan? Ha ha ha...Di satu sisi, kita sebagai manusia begitu membenci yang namanya chemistry, feeling, intuisi, atau culture fit biasanya karena menjadi korban dari penyalahgunaan istilah-istilah itu oleh orang yang tidak bertanggungjawab; tapi di sisi lainnya, robot-robot yang tercipta, justru dibuat bagaimana caranya supaya semakin mirip dengan manusia beserta sifat-sifatnya seperti halnya pacaran dan pernikahan, urusan culture fit ini memang harus saling cocok satu sama lain, termasuk antara kandidat dengan cocok dengan perusahaan atau atasan kita, seringkali bukan berarti salah kita. Bukan berarti kita bodoh, tolol, goblok, gak berguna, atau apa pun itu narasi-narasi negatif yang kita tanamkan sendiri ke dalam pikiran dan batin kita... bukan... bukan... bukan...Ya sesederhana tidak cocok saja. Titik. Seringkali tidak butuh penjelasan. Tidak semua hal cukup berharga untuk dipertanyakan, dan tidak semua hal cukup berharga untuk kita terus cari yang disukai oleh seorang cowok, belum tentu suka juga dengan sang cowok. Lalu, memangnya itu salah si cewek, karena tidak menyukai si cowok? Ya gak lahhh...Penilaian culture fit memang tidak dapat langsung terbaca secara terang-benderang melalui psikotes atau teknologi. Biasanya ini dapat cukup terbaca melalui wawancara dengan rekruter atau untuk menguji lebih jauh tentang culture fit, paling akurat ya melalui rekrutmen nyata dan masa probation 90 hari. Selama itu, biasanya cukup bagi employer untuk menilai apakah sang kandidat tersebut memenuhi kriteria culture fit atau tidak di ada "Prinsip 21/90", yang mengatakan bahwa butuh 21 hari untuk mengubah kebiasaan, dan 90 hari untuk menjadikan kebiasaan baru tersebut sebagai New Normal dalam keseharian kita. Hal ini berlaku di masa probation yang kita jalani di tempat tidak suka kita harus akui, bahwa perkara culture fit ini seringkali melibatkan perasaan dan intuisi. Sepengetahuan & sepengalaman ini, saya belum pernah menemukan rumus matematika yang dapat secara pasti menilai atau memprediksi apakah seseorang cocok atau tidak cocok di suatu jauh lagi, culture fit juga bersifat dinamis, kontekstual, dan kondisional. Tidak sesederhana cocok atau tidak cocok, melainkan bergantung dengan sejumlah variabel yang kompleks dan saling terkait. Yang tadinya culture fit, bisa jadi di lain waktu tidak lagi culture fit, karena berbagai hal yang apakah urusan culture fit ini dapat terlihat lebih objektif dan dapat dikomunikasikan secara bertanggungjawab di hadapan publik, itu saya setuju. Contohnya atasan yang bersifat sangat dominan, jelas tidak cocok mengepalai anak buah yang juga memiliki sifat sama dominannya. Ini sudah menjadi kebenaran ilmiah di dunia sang atasan itulah yang kemudian harus mengkomunikasikan perihal culture fit ini kepada rekruter, agar rekruter dapat mencari kandidat yang paling mendekati culture fit bersama sang atasan tersebut. Tanpa komunikasi yang baik antara User dengan rekruter, korbannya adalah para kandidat, yang bisa saja menghabiskan banyak ongkos untuk bolak-balik hadir ke proses rekrutmen, tapi akhirnya hanya mendapatkan janji hampa saja karena perkara culture fit yang tidak digariskan secara clear cut sejak awal secara sebuah tim terdiri dari sejumlah orang yang profil culture fit-nya terfokus pada upaya untuk saling melengkapi kelebihan dan saling memitigasi kekurangan satu sama Atasan yang pemalu atau tidak suka berbicara di hadapan publik, yang merekrut anak buah dengan karakter yang lebih berani untuk menghadapi publik. Atau atasan yang cenderung pemarah, sadar akan kekurangannya, dan merekrut "tangan kanan" yang lebih sabar dan bisa menjadi pendengar yang baik bagi anggota pemahaman seperti inilah, istilah culture fit, chemistry, atau kecocokan; mendapatkan reputasi kemudian menjadikan istilah culture fit negatif adalah ketika hal ini dijadikan tameng, alasan, atau pembenaran untuk mengesampingkan hal-hal objektif pada diri seorang kandidat atau peniti karir; atas nama Like and Dislike, atau diskriminasi yang tidak karyawan berprestasi yang telah memberikan banyak kontribusi bagi perusahaan, karirnya bisa mandeg begitu saja, hanya karena dirinya sering berbeda pendapat dengan atasannya, betapa pun perbedaan pendapat itu bersifat objektif dan telah dikomunikasikan secara baik-baik. Atasannya bisa saja mengatakan sang karyawan sebagai "tidak culture fit lagi" dengan dalih culture fit karena unsur SARA. Misalnya, perusahaan yang tingkatan Manager-nya ke atas hanya dapat diisi oleh karyawan-karyawan dari suku, ras, atau agama tertentu; atas nama culture fit dengan apakah yang dapat kita perbuat dengan organisasi atau perusahaan semacam itu, yang membuat jelek reputasi istilah "culture fit"?Tidak ada yang dapat kita lakukan!Karena toh perusahan itu milik mereka, dan kita bukanlah pemegang saham perusahaan kita merasa sudah tidak cocok lagi atau sudah tidak culture fit lagi dengan kepemimpinan atau perusahaan semacam itu, lalu apa yang menahan kita untuk resign kan?Terlalu banyak cicilan sehingga takut resign? Ya itu bukan problem saya, makanya tidak saya bahas di sini, ha ha ha... Malu ah bahas cicilan, wong saya juga banyak cicilan, ha ha ha ha ha...Anyway...Satu hal yang pasti, sebagai karyawan, jangan pernah kita bermimpi untuk mengubah kultur perusahaan. Karena kultur perusahaan bersifat Top-Down, bukan Bottom-Up. Kultur perusahaan pertama kalinya ditentukan dan didikte oleh pemegang otoritas tertinggi dalam organisasi. Bukan yang dapat kita lakukan sebagai kandidat adalah menerima kenyataan, bahwa kompetensi dan pencapaian apa pun yang kita miliki, bisa saja bukan merupakan tiket masuk kita dalam sebuah organisasi, atau bukan merupakan jaminan kemulusan karir kita, hanya karena karakter kita yang tidak culture fit dengan organisasi kenyataan tersebut dengan damai, dan melangkahlah dengan anggun ke peluang, kesempatan, dan organisasi lainnya. Tidak perlu dibawa baper, apalagi sampai ngomel ke media sosial. Karena itu tidak akan mengubah apa padang lain ilalang, dan kita punya sepenuhnya hak untuk menyesuaikan diri kita. Bisa jadi cocok, bisa jadi tidak cocok, dan seringkali itu bukan berdasarkan atas kompetensi atau kecemerlangan kita. Terimalah kita dapat menerima semua dinamika itu dengan hati yang damai, itu saja sudah merupakan 50% penuntasan perjalanan kita menuju konsep pekerja yang agile dan adaptif bagi masa depan dunia karir dan pasangan yang paling kita inginkan dalam hidup pun, belum tentu merupakan yang paling cocok kan, hingga kematian memisahkan? Dulunya setengah mati mengejar-ngejar hingga menikah, ketika sudah menikah, terasa tidak cocok, lalu bercerai. Wajar saja toh? Apalagi di dunia karir yang sarat dengan interaksi bersama manusia sahabat sekalian... sudah jelas ya...Tentang rasa, perasaan dan intuisi yang sedang saya bicarakan di sini, bukanlah yang merujuk pada sesuatu yang sifatnya emosional tanpa kendali, tiba-tiba muncul atau menghilang berdasarkan mood impulsif, atau tiba-tiba dapat berubah tanpa landasan yang dapat dipertanggungjawabkan......melainkan suatu karunia dari Tuhan dan alam ini kepada kita, yang dapat sepenuhnya kita optimalkan dan sinergikan bersama semua instrumen panca indra, pikiran, dan kemanusiaan kita; demi memperkuat jati diri, mengefektifkan proses pencapaian tujuan hidup, dan membentuk perjalanan karir tingkatan yang lebih luhur lagi, perasaan atau intuisi dapat kita gunakan demi memaksimalkan harmoni bersama orang lain, mendesain lingkungan pergaulan kita, atau menghindarkan kita dari hal-hal yang berpotensi untuk mencelakakan kita bisa mengoptimalkan, menyeimbangkan, menyinergikan, dan menyelaraskan perasaan atau intuisi kita dengan objektivitas & rasionalitas kita; dan kemudian dapat mengkomunikasikan semua kecemerlangan itu kepada banyak orang, maka itu akan menjadi kombinasi berkekuatan besar bagi perjalanan kita menuju sukses sejati dalam hidup dan karir yang kita idamkan selama kemampuan kita untuk mengkomunikasikan kecemerlangan dan membangun narasi yang memperlihatkan sinergi terbaik antara objektivitas-rasionalitas dengan subjektivitas-intuisi; itulah yang merupakan fondasi metode komunikasi dengan Storytelling, telah saya jelaskan dengan sangat detail di artikel iniStorytelling Stay True to YourselfMarilah kita terus memberi arti terbaik bagi istilah intuisi, feeling, aura, energi, firasat, chemistry, atau culture fit... dengan menempatkan dan menyinergikan mereka semua itu ke dalam konteks, pemahaman, dan aplikasi yang tepat, konstruktif, dan bermanfaat bagi sebanyak mungkin orang di sekitar kita. Di mana pun, kapan pun...Hak Cipta Seluruh Foto Ilustrasi Istimewa Envato & Twenty20

katakan semua rasa itu masih ada